Mataram (ANTARA News) - Komandan Komando Resort Militer (Danrem) 162 Wira Bhakti, Kolonel Inf Robby Win Kadir, meminta peneliti Universitas Mataram untuk mengklarifikasi hasil penelitian di daerah konflik komunal yang menyebut keterlibatan oknum TNI dalam konflik tersebut.

"Saya minta mereka mengklarifikasi hasil penelitian itu. Saya baru saja menemui Ketua Tim Peneliti Konflik Komunal itu," kata Kolonel Win Kadir, di Mataram, Sabtu.

Ia menilai hasil penelitian bersama peneliti Universitas Mataram (Unram) dan Polda NTB di daerah konflik komunal di Desa Ngali dan Renda, Kecamatan Belo, Kabupaten Bima, yang menyimpulkan keterlibatan oknum TNI dalam konflik itu, terkesan tendensius.

Kenyataan di lapangan, kata dia, oknum TNI yang bertatus bintara pembina desa (babinsa) di Desa Ngali maupun Desa Rendra, itu memang dituntut untuk hidup membaur dengan masyarakat desa.

"Mengapa harus menuding babinsa itu terlibat konflik, memang tempat tugasnya di masyarakat," ujar Kolonel Win Kadir.

Dalam Seminar Nasional Penanggulangan Konflik Komunal di NTB, Rabu (23/6), Ketua Lembaga Pengabdian Masyarakat (LPM) Unram HM Natsir selaku ketua tim peneliti konflik komunal mengumumkan indikasi keterlibatan oknum TNI-Polri dalam konflik di Desa Ngali dan Renda, Kabupaten Bima.

"Oknum TNI mendukung masyarakat dari Desa Ngali, sementara oknum polisi mendukung masyarakat dari Desa Renda, sehingga konflik terus memanas," kata Natsir di hadapan ratusan orang peserta seminar tersebut.

Seminar nasional itu diselenggarakan Polda NTB bekerja sama dengan Unram dan menghadirkan pembicara tokoh nasional asal NTB seperti Ketua Umum Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah Din Syamsuddin, anggota Komisi VI DPR asal NTB Dr Zulkieflimansyah SE MSc (Fraksi PKS) dan Ketua Komite I Dewan Perwakilan Daerah (DPD) Irjen Pol. (Pur) Prof Dr.Farouk Muhammad.

Dalam seminar itu Natsir menyatakan bahwa hingga kini oknum TNI yang teridentifikasi memprovokasi masyarakat di Desa Ngali hingga terus bermusuhan dengan warga Desa Renda, masih buron.

Sedangkan oknum polisi yang juga dilaporkan terlibat memprovokasi warga Desa Renda sudah dalam penanganan jajaran Polda NTB.

"Oknum TNI itu sampai sekarang masih buron," ujar Natsir tanpa menyebut identitas oknum aparat tersebut.

Konflik komunal atau bentrokan fisik antara warga Desa Ngali dan Renda, Kecamatan Belo itu terus terjadi secara berkelanjutan, dan selalu menelan korban jiwa setiap kali bentrok.

Insiden terakhir 18 November 2009, dan dalam penanganan konflik antarkampung itu, oknum aparat kepolisian bertindak represif sehingga menewaskan dua warga dan tiga orang lainnya luka-luka.
(T.A058/E005/P003)

Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2010