Brazzaville (ANTARA News) - Sebuah kereta api tergelincir dan tercebur ke dalam jurang di Republik Kongo, menewaskan sekitar 60 orang dan melukai ratusan orang di sebuah jalur kereta api mematikan di negara Afrika tengah penghasil minyak itu.

Beberapa sumber mengatakan, Selasa, kecelakaan itu terjadi pada Senin jauh tengah malam setelah kereta tersebut meninggalkan kota pantai Pointe-Noire di jalur Chemin de Fer Congo Ocean (CFCO) ke ibukota Brazzaville, jalur yang telah melihat sedikitnya dua kecelakaan serius dalam beberapa tahun belakangan ini.

"Sayang, kereta api itu mengambil sudut yang berubah menjadi fatal," kata sumber perusahaan kereta api, yang menolak untuk disebutkan namanya karena ia tak diberi wewenang untuk berbicara secara terbuka.

Empat gerbong terjun ke jurang dekat stasiun Yanga, sekitar 60Km dari Pointe-Noire, katanya.

Sekitar 60 mayat telah ditemukan dari tempat terjadinya kecelakaan pada Selasa tengah malam dan sekitar 450 orang dirawat karena terluka, menurut seorang pejabat rumah sakit di Adolphe Cisse di Pointe-Noire yang minta untuk tidak disebutkan namanya.

Sedikitnya 50 orang tewas di jalur yang sama pada 2001, banyak dari mereka terbakar hingga tewas, ketika dua kereta api bertabrakan di Mvougounti sekitar 75Km di timur Pointe-Noire.

Pada 1991, sekitar 100 orang tewas ketika sebuah kereta api penumpang membentur kereta api angkutan barang juga di Mvougounti.

Kurangnya jalan dan tidak berfungsinya sistim kereta api antara kota-kota penting membuat perjalanan sulit dan menyumbang pada tingginya biaya pangan dan barang impor di ibukota dan di seluruh negara terkurung daratan di sekitarnya.

Para insinyur Cina akhir tahun lalu telah memulai pekerjaan pembangunan jalan senilai 500 juta dolar yang menghubungkan pusat minyak Poimte-Noire dengan Brazaville, proyek yang akan melibatkan perlintasan hutan equatorial dan gunung yang curam.

Kongo, yang telah lama mengekspor jutaan barel minyak tapi sebagian besar tetap miskin dan menderita karena infrastruktur yang buruk, sedang berusaha untuk memvariasikan ekonominya ketika cadangan minyak menurun.(*)

Reuters/S008

Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2010