Jakarta (ANTARA News) - Indonesia secara bertahap akan mengurangi penggunaan pesawat jenis B737-200, menyusul komitmen pemerintah untuk mengurangi emisi gas buang sampai 26 persen pada 2020.

"Meski hanya 13 dari 300 lebih pesawat, secara alami jenis pesawat ini akan terkurangi secara alami," kata Menteri Perhubungan Freddy Numberi kepada pers usai membuka Rapat Umum Anggota INACA 2010 di Bandung, Jumat.

Tema RUA itu sendiri adalah "New Approach Toward Green Aviation".

Freddy tidak menolak pernyataan bahwa jenis pesawat tersebut boros bahan bakar dengan tingkat kebisingan yang lumayan tinggi sehingga bisa dikatakan tidak ramah lingkungan.

Bahkan, jamak disebut-sebut, jenis pesawat tersebut sudah lama dilarang di Bandara Changi, Singapura.

Namun, Freddy menggaris bawahi dengan populasi yang relatif sedikit di Indonesia, kontribusinya tidak signifikan bagi upaya perbaikan kualitas lingkungan dunia penerbangan.

"Sepuluh pesawat dari 300 lebih pesawat, tak berarti. Namun, kita komit bahwa gerakan go green ini harus diterapkan secara bertahap," katanya.

Untuk itu, tegasnya, pihaknya mendukung upaya maskapai nasional yang telah menerapkan pencampuran bahan bakar bio pada bahan bakar pesawat sebanyak lima persen sejak 2009.

"Ini contoh komitmen kita," katanya.

Komitmen lingkungan ini, tambah Freddy, juga sejalan dengan strategi pembangunan Indonesia ke depan yakni pro kemiskinan, pro pertumbuhan, pro pembukaan lapangan kerja serta pro lingkungan.

Siap grounded

Menanggapi hal itu, Direktur Niaga Sriwijaya Air, Toto Nursatyo sebagai salah satu dari maskapai berjadwal yang masih mengoperasikan pesawat jenis B737-200, menyatakan kesiapannya untuk menghentikan operasi pesawat itu.

"Kita siap grounded, jika memang ada regulasi baru pemerintah yang melarang jenis pesawat ini," katanya

Yang jelas, kata Toto, regulasi yang ada masih membolehkan pesawat ini dioperasikan. "Pembatasan pesawat di Indonesia maksimum 30 tahun atau 70 ribu cycle," katanya.

Kemudian, tegasnya, 13 pesawat yang dioperasikan maskapainya masih belum termasuk dalam regulasi itu.

Kendati begitu, tambahnya, pihaknya berencana mengeluarkan pesawat jenis B737-200 dari jajaran armada Sriwijaya Air mulai tahun depan secara bertahap.

"Di dunia, populasi pesawat ini masih ada sekitar 1.200 pesawat dan masih dioperasikan," katanya.
(E008/B010)

Editor: Bambang
Copyright © ANTARA 2010