Kondisi hotel dan restoran di Jawa Tengah saat pandemi boleh dibilang mati suri. Tetapi kalau kita melihat tren akhir-akhir ini, itu sebenarnya sudah mulai ada 'recovery' (pemulihan, red.) ya.
Purwokerto (ANTARA) - Hotel dan restoran di Jawa Tengah mulai bangkit setelah sempat mengalami mati suri akibat pandemi COVID-19, kata Wakil Ketua Badan Pimpinan Daerah (BPD) Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Provinsi Jawa Tengah Ilham Muhammad Saleh.

"Kondisi hotel dan restoran di Jawa Tengah saat pandemi boleh dibilang mati suri. Tetapi kalau kita melihat tren akhir-akhir ini, itu sebenarnya sudah mulai ada 'recovery' (pemulihan, red.) ya," katanya saat ditemui di sela kegiatan Musyawarah Cabang PHRI Kabupaten Banyumas di Purwokerto, Kabupaten Banyumas, Rabu.

Ia mengatakan jika dibandingkan dengan saat terjadi krisis ekonomi tahun 1998, kondisinya tidak separah saat sekarang.

"Dulu (saat krisis ekonomi, red.) orang masih boleh bepergian, sekarang tidak boleh, kan begitu. Sekarang punya duit, tetapi enggak bisa pergi," katanya.

Baca juga: Geliatkan pariwisata, 121.485 pekerja hotel dan restoran divaksinasi

Ia mengakui hingga saat ini di sejumlah hotel masih ada beberapa kamar atau lantai yang belum dibuka, sehingga belum mencapai 100 persen.

Akan tetapi jika dilihat, kata dia, sekarang hotel-hotel bernuansa resor maupun semi resor justru menjadi "trendsetter" karena pengunjung memilih hotel yang kamarnya luas dan memiliki sirkulasi udara yang baik.

Menurut dia, hotel-hotel yang bangunannya tinggi atau lebih dari lima lantai memiliki kelemahan berupa tidak ada jendela, sehingga sirkulasi udara menjadi sangat minim.

"Itu (tidak adanya jendela, red.) ternyata menjadi salah satu penyebab berkembangnya virus COVID-19 ini," katanya didampingi Ketua Panitia Muscab PHRI Kabupaten Banyumas Djoko Susanto.

Ilham mengatakan sekarang sekitar 80 persen hotel di Jateng mulai pemulihan meskipun pada awal pandemi terutama pada April-Mei 2020, hampir 90 persen hotel mengalami mati suri.

Baca juga: Saatnya pelaku pariwisata belajar dari krisis pandemi

Menurut dia, pemulihan hotel-hotel itu mulai berlangsung sejak Juli 2020 hingga sekarang walaupun ada pembatasan kegiatan masyarakat.

"Harapan kami bahwa vaksin ini (vaksin COVID-19, red.) kalau melihat janji pemerintah, 50 persen pada Juni-Juli sudah bisa dilakukan. Kalau sudah 50 persen, para ahli kedokteran itu mengatakan sudah efektif, sehingga bepergian sudah 'pede' (percaya diri, red.)," katanya.

Terkait dengan persiapan hotel, dia mengatakan sejak Juli 2020, pihaknya sudah melakukan berbagai prosedur terkait dengan protokol kesehatan.

Dia mencontohkan pada November 2020, pemerintah memberikan subsidi untuk melakukan sertifikasi terkait dengan "Cleanliness, Health, Safety, and Environment" (CHSE).

"Jadi, hotel itu diaudit bagaimana protokol kesehatannya, bagaimana penanganan ketika tamu 'check in', ketika membersihkan kamar, ketika melayani tamu saat makan di restoran, itu semua ada prosedurnya, sehingga diharapkan para tamu tidak khawatir untuk menginap di hotel sekarang ini," katanya.

Ia mengatakan hal itu disebabkan seluruh hotel di Jateng sudah disertifikasi terkait dengan CHSE sebagai upaya mencegah penyebaran COVID-19.

Menurut dia, saat di Jateng ada sekitar 300 hotel berbintang yang sudah tersertifikasi.

"Kebetulan saya auditor yang menentukan kelas hotel," kata Direktur Utama PT Sertifindo Wisata Utama yang merupakan lembaga sertifikasi usaha bidang pariwisata.

Ilham mengaku optimistis ketika pemerintah membuka keran kunjungan wisata, wisatawan akan langsung masuk ke Indonesia khususnya Jateng.

Ia mengatakan jika kondisi pada bulan Juni-Juli membaik, paling tidak dalam enam bulan ke depan akan terjadi 'booming' wisatawan di Jateng.

"Itu pasti, karena orang sudah 'kebelet' (ingin, red.) untuk datang, paling lambat tahun depan. Tapi kita berharap enam bulan ke depan sudah ada kebaikan," katanya.

Pewarta: Sumarwoto
Editor: Nusarina Yuliastuti
Copyright © ANTARA 2021