Surabaya (ANTARA) - Sepekan jelang tutup akhir tahun 2020, Kota Pahlawan kedatangan mobil spesial. Warnanya putih, merek "Hyundai Ioniq".

Sepintas sama seperti kendaraan roda empat pada umumnya. Orang-orang sekitar juga tak terlalu memerhatikannya. Tapi setelah didekati, ternyata electric car atau mobil listrik.

Kendaraan yang harganya di kisaran Rp600 juta-an itu dengan gagahnya melintasi aspal Kota Buaya.

Tepat di Kantor Perusahaan Listrik Negara (PLN) Unit Layanan Pelanggan (ULP) Embong Wungu di Jalan Dr Soetomo, mobil bertanda pelat Jakarta itu berhenti.

Bukannya parkir, tapi langsung berhenti tepat di Stasiun Pengisian Kendaraan Listrik Umum (SPKLU) yang terletak di halaman kantor tersebut.

Ya, mobil listrik milik PT PLN itu singgah di Kota Surabaya untuk mengisi daya dalam uji coba rute perjalanan Jawa-Bali.

Di SPKLU PLN Embong Wungu memiliki kapasitas energi sebesar 25 kW dan dua type nozzle.

"Sebelum sampai di sini, kami telah mengisi daya di SPKLU yang disediakan PT PLN di Cirebon, Semarang dan Sragen," ujar Komisaris PT PLN Dudy Purwagandhi.

Misi perjalanannya merupakan wujud komitmen dan dukungan PT PLN terhadap perkembangan mobil listrik di Indonesia, serta implementasi dari Peraturan Presiden Nomor 55 Tahun 2019 tentang Percepatan Program Kendaraan Bermotor Listrik Berbasis Baterai untuk Transportasi Jalan.

Uji coba juga untuk melihat kesiapan infrastruktur SPKLU yang sudah disiapkan oleh PLN.

Harus dibuktikan, agar para pengguna kendaraan listrik dalam perjalanan menempuh jarak jauh bisa aman dan nyaman dengan ketersediaan SPKLU yang sudah disiapkan oleh PLN.

Saat ini, PT Pembangkitan Jawa-Bali (PJB) sedang membangun SPKLU dan memasuki tahap akhir. Letaknya di kantor PT PJB di Jalan Ketintang Baru 11 Surabaya.

Khusus di Jatim, selain di Surabaya, SPKLU tersedia di Paiton Probolinggo, Situbondo, dan Banyuwangi.

Uji coba juga dilakukan Wakil Gubernur Jawa Timur Emil Elestianto Dardak yang ingin melihat dan merasakan langsung kualitas mobil listrik.

Ia langsung meninjau kesiapan infrastruktur pendukung mobil listrik dengan mengendarai mobil listrik dari Kantor Gubernur di Jalan Pahlawan menuju PLN ULP Embong Wungu di Jalan Dr Soetomo.

Dalam uji coba, dilakukan pengisian daya kendaraan listrik sekaligus meninjau kesiapan SPKLU di sana.

Suami Arumi Bachsin itu, mengaku nyaman mengendarai mobil listrik, atau tidak berbeda dengan kendaraan berbahan bakar fosil.

Informasi dan literatur pun banyak yang menyebutkan bahwa untuk penggunaan di dalam kota, kendaraan ini sangat efisien juga ramah lingkunga.

Secara umum kesiapan charging stationnya sangat bagus dan tinggal bagaimana ketersediaannya dapat terus bertambah sehingga mudah ditemui.

Saat ini telah tersedia 16 unit charging station SPKLU milik PLN yang tersebar di Pulau Jawa dan Pulau Bali.

PLN pun mendapat apresiasi karena terus mendukung Kendaraan Bermotor Listrik Berbasis Baterai (KBLBB) di dalam negeri melalui penyediaan SPKLU yang terus digenjot.

Mantan Bupati Trenggalek tersebut menginginkan kesiapan infrastruktur yang baik ini ditunjang oleh adanya keterampilan dalam pemeliharaan kendaraan listrik.

PLN diharapkan ikut membantu bersama pemangku kepentingan terkait penyiapan sumber daya manusia dari sekolah menengah kejuruan (SMK) untuk memiliki kompetensi dan keterampilan dalam pemeliharaan kendaraan listrik ke depannya.


Target 2.400 SPKLU

SPKLU menjadi dukungan kami terhadap electrifying lifestyle yang mulai menjadi tren saat ini, dan harapannya akan banyak lagi dengan mudah ditemui di jalan-jalan.

Hingga tahun 2025, PLN dibantu anak usahanya, PT PJB dengan menggandeng berbagai pihak termasuk swasta, berencana membangun sebanyak 2.400 SPKLU tersebar di berbagai daerah di Indonesia.

Direktur Pengembangan dan Niaga PT PJB Iwan Purwana memastikan siap membantu PLN sebagai perusahaan induknya untuk mendirikan SPKLU.

Salah satunya pendirian SPKLU di Denpasar dan wilayah Bali Selatan bekerja sama dengan unit distribusi, yang tenaganya dari matahari.

"Kami di sisi hulunya. Kami siapkan tenaga suplai listriknya dari sistem pembangkitan maupun bisa juga dari tenaga surya. Termasuk kami juga siap untuk misalkan diminta menyediakan SPKLU-nya," kata Iwan.

General Manager PLN Unit Induk Distribusi Jawa Timur Nyoman S. Astawa mengatakan Jawa Timur dikenal memiliki sumber daya manusia yang mumpuni dan tingginya potensi electric vehicle untuk semakin dikembangkan dan dimanfaatkan secara masif.

Komitmen penuh PLN dalam program ini juga ditunjukkan dengan penyediaan pasokan listrik dan berbagai infrastruktur kelistrikan pendukung KLBB di Indonesia melalui SPKLU.


Edukasi

Pakar kendaraan listrik asal Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya, Dr Muhammad Nur Yuniarto, menyarankan pemerintah saat ini harus fokus terlebih dahulu terhadap edukasi ke masyarakat dan menomorduakan urusan infrastruktur.

Menurut dia, jika ingin mempercepat kendaraan listrik agar mendapat tempat di hati masyarakat maka edukasi terhadap manfaat-manfaat serta kelebihan kendaraan listrik seharusnya dilakukan sejak sekarang ini.

“Edukasi bagaimana orang tertarik. Banyak pihak yang harus terlibat dan kita jelaskan manfaat-manfaatnya. Apalagi kendaraan listrik, khususnya sepeda motor bisa mengisi daya listriknya di mana saja, seperti di rumah maupun kantor,” katanya.

Kedua, adalah tentang aturan yang menurut dia harus jelas dan terstandarisasi, terutama terkait dengan pajak kendaraan di Jatim.

Pajak kendaraan pertama beli dan tahunan, kata dia, saat ini di Jatim masih sama dengan pembelian sepeda motor konvensional, padahal pembelian pertamanya harganya lebih mahal.

“Kalau bisa ada intensif pengurangan pajak agar orang tertarik, bahkan nol persen. Seperti di Jakarta yang sudah nol persen dan gairah sepeda motor listrik di sana bagus,” tukas lulusan S3 The University of Manchester tersebut.

Berikutnya, baru masuk ke infrastruktur, seperti pembangunan SPKLU atau tempat untuk mengisi daya kendaraan.

Namun, dosen teknik mesin ITS itu juga mengingatkan pentingnya protokol komunikasi atau standarisasi pada kendaraan listrik di Indonesia.

“Jenis, atau bahkan merek kendaraan listrik pun berbeda, termasuk mengisinya. Maka harus ada teknologi komunikasi terstandar sehingga memudahkan konsumen,” kata akademisi yang pernah memproduksi sepeda motor listrik GESITS tersebut.

Sedangkan, terkait cuaca atau melintasi hujan dan banjir, Doktor Yuniarto juga memastikan bahwa kendaraan listrik aman dan inilah yang harus diketahui masyarakat.

“Asalkan pembuatannya sesuai standar maka kendaraan listrik aman. Perlu ada sosialisasi-sosialisasi lebih banyak, seperti melintasi banjir, berkendara di tengah hujan dan lainnya. Ini untuk meyakinkan masyarakat dan penggunaan mobil listrik dapat sesuai harapan,” katanya.

Pengembangan kendaraan listrik memang saat ini menjadi salah satu fokus industri nasional, di samping sebagai solusi dampak buruk dari pemanasan global juga bagian dari memanukan industri otomotif nasional.

Tidak hanya menekan emisi, tetapi juga mengurangi impor bahan bakar yang memberatkan neraca perdagangan nssional.

Editor: Royke Sinaga
Copyright © ANTARA 2021