London (ANTARA) - Saham dunia turun pada Jumat karena investor menunggu perkembangan kebijakan stimulus fiskal AS, sementara dolar AS mengalami penurunan dalam sepekan dan uang kripto Bitcoin mencapai rekor tertinggi.

Saham Eropa jatuh pada awal perdagangan, dengan indeks pan-Eropa STOXX 600 turun 0,2 persen. Indeks DAX Jerman turun 0,7 persen, indeks FTSE 100 Inggris turun 0,35 persen dan indeks CAC 40 Prancis turun 0,3 persen.

Indeks FTSEMIB Italia turun 0,8 persen pada Jumat, dengan imbal hasil obligasi negara itu mendekati rekor terendah.

Pasar di China dan sebagian besar Asia Tenggara tutup pada Jumat untuk perayaan Tahun Baru Imlek. Pasar saham dan obligasi China, pasar valuta asing, dan pasar komoditas berjangka ditutup hingga 17 Februari untuk liburan.

Kontrak berjangka untuk S&P 500 turun 0,12 persen.

Indeks MSCI seluruh negara di dunia, yang melacak saham di 49 negara, turun 0,15 persen pada Jumat, sedikit di bawah rekor tertinggi yang dicapai awal pekan ini.

Investor mempertimbangkan beberapa data ekonomi terbaru hasil dari peningkatan vaksinasi COVID-19 dan peningkatan pengeluaran pemerintah dan berlanjutnya pengeluaran dana murah dari sejumlah bank sentral akan mendorong pertumbuhan ekonomi, dan pada akhirnya akan meningkatkan inflasi.

Investor harus mengikuti informasi-informasi yang ada, memantau perawatan di rumah sakit, stimulus, inflasi, dan volatilitas, kata Mark Haefele, kepala investasi di UBS Global Wealth Management, dalam catatan bulanannya kepada klien.

"Secara keseluruhan, kami mempertahankan pendapat bahwa pasar masih sesuai dengan cakrawala investasi taktis kami," katanya.

"Sementara banyaknya informasi bisa menyebabkan gejolak, tetapi kami pikir hal itu tidak akan menggagalkan penguatan pasar. "

Sebelumnya, indeks MSCI saham di kawasan Asia Pasifik di luar Jepang turun 0,2 persen, diperdagangkan sedikit di bawah rekor tertinggi yang dicapai di hari sebelumnya. Saham Australia kehilangan 0,63 persen. Saham di Tokyo turun 0,14 persen, mundur dari tertinggi 30 tahun.

Di Wall Street pada Kamis, Nasdaq dan S&P 500 masing-masing naik 0,4 persen dan 0,2 persen. Indeks Dow Jones Industrial Average tergelincir 0,02 persen.

Harga saham berada di dekat rekor karena investor memperkirakan akan lebih banyak pengeluaran pemerintah, meskipun antusiasme mereda ketika Presiden AS Joe Biden mengatakan bahwa China siap untuk "makan siang kami," meningkatkan kekhawatiran ketegangan baru pada hubungan China-AS.

Klaim pengangguran mingguan AS turun kurang dari yang diharapkan dan harga konsumen inti naik pada kecepatan yang lebih lambat, yang menyebabkan beberapa pedagang mengurangi optimisme mereka tentang prospek ekonomi.

Bitcoin sempat mencapai rekor tertinggi 49.000 dolar AS sebelum mengurangi kenaikan.

Pengumuman BNY Mellon bahwa pihaknya akan membantu klien memegang, mentransfer, dan mengeluarkan aset digital, muncul hanya beberapa hari setelah Tesla dari Elon Musk mengatakan telah membeli uang kripto Bitcoin senilai 1,5 miliar dolar dan akan menerimanya sebagai bentuk pembayaran untuk mobilnya.

Harga spot emas turun 0,5 persen menjadi 1,816.91 dolar per ounce. Kontrak emas berjangka AS turun 0,7 persen menjadi 1,813,6 dolar. Harga emas masih berada di jalur untuk pekan terbaiknya dalam tiga pekan di tengah penjualan dolar yang meluas.

Indeks dolar naik 0,25 persen pada Jumat tetapi masih di jalur penurunan mingguan 0,6 persen.

Permintaan yang lemah pada lelang senilai 27 miliar dolar dari obligasi baru 30 tahun pada hari Kamis mengguncang investor obligasi.

Imbal hasil surat utang negara AS 10-tahun turun menjadi 1,1532 persen. Imbal hasil 30 tahun awalnya naik tetapi kemudian turun kembali ke 1,9370 persen.

Minyak mentah Brent turun 1,05 persen menjadi 60,50 dolar per barel, setelah turun setengah persen pada sesi sebelumnya. Minyak AS turun 1,2 persen menjadi 57,54 dolar per barel, setelah jatuh 0,8 persen pada hari Kamis.

OPEC memangkas perkiraan permintaannya dan Badan Energi Internasional mengatakan pasar masih kelebihan pasokan, yang menyebabkan pasar energi suram.
 

Penerjemah: Biqwanto Situmorang
Editor: Ahmad Buchori
Copyright © ANTARA 2021