Jakarta (ANTARA) - Asia Tenggara menjadi salah satu kawasan yang banyak dilirik oleh pelaku industri, tak terkecuali otomotif. Di tengah menjamurnya kendaraan bertenaga listrik (electric vehicle/EV), ASEAN juga dianggap potensial untuk mengadopsinya dalam waktu dekat.

President of Asian Federation of Electric Vehicle Assosiation, Edmund Araga, berpendapat bahwa potensi besar pasar di kawasan ASEAN akan kendaraan listrik bukan tanpa alasan. Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhinya.

"ASEAN is emerging market. Selain teknologi yang kian berkembang, populasi penduduk berusia 25-35 tahun juga tinggi, sehingga ada kapasitas untuk inisiasi perubahan, dan mereka punya kebutuhan mobilitas (tinggi)," kata Araga dalam forum Nissan FUTURE yang digelar daring, Kamis.

Baca juga: Studi: Indonesia negara yang condong dukung kehadiran mobil listrik

Baca juga: Nissan berkomitmen buat mobilitas EV aksesibel di ASEAN


"Generasi milenial ini juga selalu tertarik dengan teknologi. IoT (internet of things) juga mainkan peran besar ke konektivitas dan kenyamanan," imbuh pria yang berasal dari Filipina itu.

Sependapat dengan Araga, Regional Vice President Nissan ASEAN Isao Sekiguchi berpendapat, ASEAN merupakan wilayah yang dinamis, serta merupakan rumah dari kelas menengah yang tumbuh dengan cepat, dan memiliki penduduk dengan usia produktif rata-rata di bawah 34 tahun.

Banyak juga pemilik mobil di kawasan ASEAN yang baru punya kendaraan pertama kali (new entry). Mereka cenderung memiliki kendaraan pribadi karena mengedepankan kenyamanan (faktor emosional) dan mencukupi mobilitas tinggi, terutama di kota-kota besar seperti Bangkok dan Jakarta.

"Peluang kendaraan listrik di ASEAN besar sekali. Pertumbuhan populasi dan demand membuat momentumnya besar. Sekarang banyak orang yang punya kedekatan emosional dengan kendaraan, dan kendaraan listrik bukan cuma lebih ramah lingkungan, tapi juga fun to drive," kata Sekiguchi.

Mengutip dari studi baru "The Future of Electrified Vehicles in Southeast Asia" dari Frost & Sullivan, masyarakat ASEAN juga mulai menunjukkan antusiasme ke kendaraan listrik menyusul isu lingkungan.

Namun, Sekiguchi beranggapan bahwa antusiasme ini perlu diimbangi dengan kolaborasi berbagai pihak untuk menghadirkan kendaraan listrik di kawasan ini.

"Saya rasa, kombinasi dari pabrikan dan kemitraan antara pemerintah dan swasta bersama menggarap dan tuntaskan masalah ini (dan hadirkan kendaraan listrik), seperti misalnya insentif, dan lainnya," kata Sekiguchi.

Baca juga: Nissan kenalkan van listrik untuk kamping keluarga

Baca juga: All-new Rogue mobil pertama Nissan pakai alumunium daur ulang

Baca juga: Semua mobil baru Nissan berpenggerak listrik pada 2030
Pewarta:
Editor: Alviansyah Pasaribu
Copyright © ANTARA 2021