Seogwipo, Korea Selatan (ANTARA News) - Korea Selatan dan Jepang, Minggu mendesak China untuk mengenakan sanksi terhadap Korea Utara menyangkut tenggelamnya sebuah kapal perang Seoul, tetapi gagal mendapat dukungan setelah pertemuan puncak tiga negara.

Presiden Korea Selatan Lee Myung Bak dan Perdana Menteri Yukio Hatoyama melakukan perundingan guna membujuk Perdana Menteri China Wen Jiabao untuk menyatakan bahwa Pyongyang bertanggung jawab atas tenggelamnya sebuah kapal perang Korea Selatan (Korsel) Maret lalu.

Tetapi Wen tidak memberikan tanda China siap mendukung tindakan Dewan Keamanan PBB terhadap sekutunya itu menyangkut insiden tenggelamnya kapal tersebut yang menewaskan 46 awaknya.

Tugas medesak sekarang adalah menghindari dampak insiden kapal perang Cheonan, mengubah situasi yang tegang dan menghindari bentrokan senjata," kata Wen dalam jumpa pers bersama.

"China akan secara aktif berkomunikasi dengan pihak-pihak yang terlibat dan mendorong situasi pada usaha meningkatkan perdamaian dan stabilitas di kawasan itu.

Korsel mengumumkan tindakan balasan termasuk pemutusan hubungan perdagangan setelah para penyelidik internasional pada 20 Mei melaporkan sebuah kapal selam Korea Utara (Korut) menembakkan sebuah torpedo yang menenggelamkan kapal perang Cheonan itu.

Korut membantah terlibat dan menanggapi pernyataan itu dengan ancaman-ancaman perang, yang menyebabkan meningkatnya ketegangan di kawasan itu.

Dalam tanggapan terbaru, Pyongyang mengatakan pihaknya tidak memiliki kapal selam tipe itu yang diduga digunakan untuk serangan tersebut,kata media resminya.

"Ada yang mengatakan terjadi ketidakstabilan di kawasan itu karena insiden Cheonan," kata Lee dalam pertemuan Ahad, yang dikutip juru bicara seniornya Lee Dong Kwang.

"Kami tidak gentar dengan perang, tetapi kami tidak ingin perang. Kami tidak berniat untuk berperang."

Wen, yang negaranya adalah nyawa ekonomi Korut ,bersikap hati-hati sejak tiba di Korsel, Jumat.

Dalam satu pertmuan dengan Lee hari itu, ia mengatakan Beijing akan mempelajari hasil-hasil penyelidikan itu sebelum memutuskan sikapnya tetapi tidak akan melindungi siapapun yang bersalah.

Lee dalam jumpa wartawan di pulau wisata Jeju, di selatan bahwa ia mengharapkan "kerja sama yang bijaksana" negara-negara tetangga dalam menangani masalah itu.

Hatoyama, yang pemerintahnya, Jumat mengumumkan sanksi-sanksi baru terhadap Korut, mengatakan ketiga pemimpin itu sepakat "bahwa ini adalah satu masalah serius menyangkut perdamaian dan stabilitas di Asia Timur Laut".

Korsel, paling tidak di publik, tampaknya puas dengan hasil pertemuan itu.

Paik Haksoon dari lembaga pemikir "Sejong Institute" mengatakan komentar-komentar Wen "menunjukkan bahwa China masih mempertanyakan keotentikan dan otoritas dari penyelidikan itu.

"Masalah ii tidak siap untuk diajukan ke Dewan keamanan PBB tanpa menjamin dukungan dari Chia terlebih dulu," kata Paik kepada AFP.

Banyak negara mengecam Korut atas tenggelamnya kapal perang itu, salah satu dari serangan-serangan militer terburuk di Korsel sejak Perang 1950-1953.

Korut mengatakan pemerintah Korsel membuat bukti palsu untuk menghasut ketegangan dan meningkatkan dukugannya sebelum pemilu lokal pekan ini.

Korsel, Jepang dan AS memerlukan dukungan China yang memiliki hak veto bagi pengenaan sanksi-- atau, paling tidak untuk mengecam -- Korut di Dewan Kemanan.

Tindakan balasan Korsel termasuk persiapan untuk memulai kembali siaran propaganda di perbatasan dengan menggunakan pengeras suara. Korut mengancam akan menembak pengeras suara yang kini dipasang di perbatasannya yang tegang jika siaran itu dimulai.

Korut memutuskan semua hubungan dengan Korsel, membatalkan perjajian-perjanjian yang bertujuan menghindari bentrokan di

perbatasan laut mereka yang disengketakan itu dan berkrar akan menyerang kapal-kapal yang memasuki perairan itu.

Korut juga mengancam akan menutup sebuah kawasan industri bersama di Kaesong, proyek rekonsiliasi terbaru yang masih beroperasi.

Korsel berencana akan mengirim surat kepada ketua Dewan Keamanan PBB pekan ini, kata seorang pejabat yang tidak disebut namanya kepada kantor berita Yonhap.

Hatoyama menjanjikan "peran penting" Jepang dalam menggalang dukungan internasional bagi Korsel di dewan itu,kata juru bicara Lee.

Atas saran Hatoyama ketiga pemimpin itu mengheningkan cipta ketika KTT itu dimulai Sabtu untuk mengenang para pelaut yang tewas itu, demikian AFP.

(Uu.SYS/H-RN/B002/S026)

Pewarta:
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2010