hambatan yang dialami oleh siswa yakni kurang konsentras
Jakarta (ANTARA) - Hasil penelitian yang dilakukan sejumlah peneliti dari Pusat Penelitian Kebijakan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) menunjukkan mayoritas psikologis siswa dalam keadaan normal selama proses Belajar Dari Rumah (BDR).

 

“Hasil yang diperoleh berdasarkan hasil survei daring yang dilakukan dalam penelitian ini menggambarkan kualitas psikologis siswa selama BDR pada masa pandemi COVID-19 dalam kondisi normal, ujar seorang peneliti Puslitjak Kemendikbud, Ais Irmawati, dalam paparan penelitiannya secara daring di Jakarta, Selasa.

Untuk itu, pelaksanaan pendidikan tatap muka dapat ditunda sampai wabah COVID-19 terkendali, ujarnya.

 

Penelitian tersebut dilakukan sejumlah peneliti Puslitjak yakni Ais Irmawati, Sri Fajar Martono, Asri Joko Surono, dan Noviyanti. Penelitian tersebut melibatkan siswa SD hingga SMA dengan responden sebanyak 15.911 siswa di 12 provinsi di Tanah Air.

 

Meski demikian, dia menambahkan penelitian tersebut dilakukan dengan fasilitas survei daring dengan artian responden yang dapat mengisi kuisioner daring ini hanyalah mereka yang mempunyai akses internet baik di rumah dan di sekolah.

Kemudian terdapat 73,26 persen responden tidak mempunyai kartu Program Indonesia Pintar (PIP) yang menunjukkan bahwa mayoritas responden termasuk dalam kelompok kaum berada.


Dalam metode pembelajaran 75 persen responden melakukan BDR, 22 persen campuran antara BDR dan tatap muka, dan tiga persen sisanya menggunakan tatap muka. Saat belajar 52 persen responden merasa tidak didampingi, 20 persen didampingi ibu, dan 15 persen didampingi keluarga lainnya, dan sisanya didampingi ayah, ibu, dan campuran ayah dan ibu serta kerabat lainnya.

 

Sejumlah hambatan selama BDR dirasakan oleh guru berupa kendala jaringan atau kuota internet, sulit mengamati perkembangan siswa, sulit berkomunikasi dengan orang tua, kemampuan TIK, dan kurang komunikasi.

 

“Juga terdapat hambatan yang dialami oleh siswa yakni kurang konsentrasi, kurang komunikasi dengan guru, rasa bosan, kendala jaringan atau kuota internet, dan komunikasi dengan teman,” jelas dia.
 

Baca juga: Kecerdasan sosial anak berkurang apabila selalu di rumah

Baca juga: Dirjen : Murid PAUD dan SD paling terdampak belajar dari rumah

 

Orang tua juga mengalami kendala sulit memahami pelajaran anak, kelelahan, kendala jaringan kuota atau jaringan internet, komunikasi dengan guru, dan kurang konsentrasi.

 

Dari hasil penelitian tersebut, dia menjelaskan bahwa segera membuka sekolah bukan keputusan yang tepat agar peristiwa SMK di Semarang yang ratusan siswanya positif COVID-19 tidak terulang.

 

“Pembukaan sekolah,  perlu mempertimbangkan wawasan mengenai prosedur pembelajaran tatap muka, pendataan warga sekolah, pencegahan dan penanganan COVID, kondisi kerentanan guru dan siswa, hingga kesiapan sarana kesehatan dan kebersihan, serta kebiasaan menerapkan protokol kesehatan seperti memakai masker, menjaga jarak, dan mencuci tangan dengan sabun,” terang dia.

 

Sejumlah rekomendasi dari hasil penelitian tersebut yakni bila pelaksanaan BDR akan diperpanjang, hendaknya pemerintah dapat mengurai hambatan yang dihadapi semua pihak, ujarnya.

Mulai dari dinas pendidikan berkoordinasi dengan penyedia sarana-prasarana pembelajaran baik secara daring maupun luring.

 

Ditjen Guru dan Tenaga Kependidikan juga hendaknya menyelenggarakan pelatihan pembelajaran secara daring yang interaktif. Sekolah dapat memberi peningkatan kapasitas kepada orang tua sebagai proses pembelajaran di sekolah, dan sekolah perlu membantu orang tua untuk memberikan pendampingan psikologis kepada peserta didik selama belajar di rumah maupun nanti ketika pembelajaran tatap muka sudah dimulai.


Rekomendasi berikutnya adalah bila pembelajaran tatap muka dilaksanakan maka yang perlu dipastikan adalah wawasan mengenai prosedur pembelajaran tatap muka, pendataan warga sekolah, pencegahan dan penanganan COVID-19, kondisi kerentanan guru dan siswa, kesiapan sarana kesehatan dan kebersihan, serta kebiasaan menerapkan protokol kesehatan pencegahan COVID-19.

Baca juga: Program belajar yang disiarkan melalui TV bantu siswa dalam belajar

Baca juga: Mendikbud: Harus ada interaksi guru-siswa meski belajar online

 

Pewarta: Indriani
Editor: Zita Meirina
Copyright © ANTARA 2020