Bogor (ANTARA News) - Kepala Kantor Kesatuan Bangsa dan Perlindungan Masyarakat Kota Bogor Edang M Kendana mengatakan bahwa untuk melestarikan wayang sebagai sebuah seni pertunjukan tradisional dapat dilakukan dengan mengemas pagelaran secara inovatif.

"Dalam kaitan itu, maka para dalang perlu terus belajar menata panggung dan kemudian mengemas pagelaran dengan cara-cara yang dapat menarik perhatian," katanya pada Musyawarah Daerah (Musda) Persatuan Pedalangan Indonesia (Pepadi) Kota Bogor, Jawa Barat (Jabar), Kamis.

Kegiatan itu juga dihadiri Ketua Pepadi Jabar Tjatja Koswara, Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Bogor Artiyana Yanar, serta para pemerhati kebudayaan setempat.

Ia yakin bahwa masyarakat masih mencintai wayang, dan mereka akan tetap menikmati pertunjukan wayang sejauh dapat dikemas secara lebih atraktif dan menarik.

Menurut dia, sejauh ini ada beberapa dalang yang mampu membuat terobosan kreatif dan inovatif sehingga menunjang peningkatan daya tarik msayarakat yakni dengan membuat wayang golek tampil secara atraktif ketika dimainkan.

Selain itu, kata dia, ada pula yang membuat konsep pertunjukan rampak dalang sehingga seni pertunjukan dalang menjadi lebih dinamis, lebih atraktif dan lebih enak ditonton.

Dikatakannya bahwa masih banyak hal yang bisa dilakukan oleh para dalang dalam mengemas pertunjukan seperti memanfaatkan dukungan teknologi, baik pada aspek visual, pencahayaan, dan tata suara serta kaitan cerita yang disesuaikan dengan isu-isu akurat.

Pihaknya berharap melalui Musda tersebut Pepadi dapat merumuskan langkah-langkah kreatif dan inovatif sehingga ke depan mampu menghadirkan pertujukan wayang golek yang tetap sesuai semangat zaman di tengah-tengah kehidupan masyarakat.

Edang M Kendana kemudian memberi contoh di era tahun 1970-an wayang golek merupakan hiburan yang popular bagi keluarga yang melaksanakan hajatan pernikahan ataupun khitanan.

"Sayangnya, secara perlahan peran itu kemudian tergantikan oleh layar tancap dan kemudian oleh organ tunggal dan hiburan-hiburan lainnya seperti dangdut, sehingga wayang golek menjadi terpinggirkan," katanya.

Ia mengatakan, ada sejumlah faktor yang menyebabkan peran wayang golek semakin terpinggirkan dalam kehidupan masyarakat, di antaranya sebagian masyarakat menganggap bahwa wayang golek sudah ketinggalan zaman.

Di samping itu, karena faktor biaya yang mahal untuk menggelar pertunjukan wayang golek jika dibandingkan dengan bentuk pertunjukan lainnya.

Sementara itu, Ketua Panitia Musda Pepadi Kota Bogor Uci Sanusi mengatakan kegiatan itu diikuti 50 peserta terdiri atas 10 dalang, 25 pangrawit, lima orang juru kawih atau sinden, dan enam orang simpatisan dan pemerhati pedalangan.
(T.KR-LR/B/A035/R009)

Pewarta:
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2010