Jakarta (ANTARA) - Komisi I DPR RI melakukan kunjungan kerja ke Turki pada 24-27 November 2020 untuk memantau kinerja diplomasi Indonesia di Turki, khususnya terkait perlindungan WNI di tengah wabah COVID-19.

Selama berada di Turki, delegasi DPR yang dipimpin Ketua Komisi I Meutya Hafid melakukan diskusi dengan KBRI Ankara dan bertemu dengan Pimpinan Presidensi Industri Pertahanan Turki (SSB) Ismail Demir untuk membahas kerja sama industri pertahanan kedua negara.

Dalam pertemuan tersebut, Delegasi Komisi I DPR RI menekankan pentingnya komponen alih teknologi (transfer of technology) dalam setiap kerja sama industri pertahanan.

Sementara itu pihak SSB menyampaikan bahwa dalam beberapa teknologi pertahanan, terdapat potensi bukan hanya alih teknologi, melainkan juga pengembangan dan produksi bersama.

“Indonesia mengapresiasi pendekatan strategis Turki dalam kerja sama industri pertahanannya dengan Indonesia. Hal ini terlihat dari sikap Turki yang membuka peluang bagi alih teknologi, pengembangan bersama teknologi, dan produksi bersama," ujar Meutya dalam pertemuan dengan SSB, seperti disampaikan dalam keterangan tertulis KBRI Ankara, Sabtu.

Delegasi Komisi I DPR juga melakukan kunjungan ke industri pertahanan Havelsan, yakni industri pertahanan Turki yang yang memiliki spesialisasi dalam teknologi perang elektronik (electronic warfare) dan masuk dalam 100 industri pertahanan terbesar di dunia.

Di sela-sela kunjungan, selain melihat berbagai jenis simulator pesawat dan kapal militer yang dikembangkan, Delegasi Komisi I DPR juga bertemu dengan sejumlah pilot dari TNI AU yang saat ini sedang mengikuti pelatihan di Havelsan.

Baca juga: MPR dukung peningkatan kerja sama industri pertahanan Indonesia-Turki

Baca juga: Pimpinan DPR: Hubungan Indonesia-Turki miliki prospek menjanjikan


Terkait dengan perlindungan WNI di masa pandemi, Komisi I DPR memberikan apresiasi atas respon cepat yang dilakukan Kementerian Luar Negeri dan perwakilan RI di Turki dalam memberikan perlindungan maksimal bagi WNI yang terkena dampak.

“Pada awal pandemi sejak Maret hingga Juni 2020, KBRI Ankara adalah satu-satunya kedutaan besar asing di Ankara yang sama sekali tidak tutup dan hanya melakukan perubahan protokol kerja serta protokol pelayanan publik," kata Duta Besar RI untuk Turki Lalu Muhamad Iqbal.

"Ini dimaksudkan selain agar bisa memberikan perlindungan maksimal bagi WNI yang terdampak pandemi, juga dimaksudkan agar berbagai langkah mendukung pemulihan ekonomi nasional pasca pandemi dapat dipersiapkan lebih dini," Iqbal menambahkan.

Berdasarkan catatan KBRI Ankara, terdapat sekitar 5.000 WNI di Turki yang sebagian besar adalah pelajar dan mahasiswa serta pekerja spa.

Sejak terjadinya kasus COVID-19 di Turki pada 11 Maret 2020 hingga saat ini, perwakilan RI di Turki telah memberikan bantuan kepada WNI dalam bentuk logistik kepada 1.683 orang, bantuan finansial kepada 107 orang, bantuan kekonsuleran kepada 1.010 orang, dan bantuan repatriasi kepada 560 orang.

Selain itu, sejak berakhirnya kedaruratan COVID-19 di Turki pada awal Juni 2020, hingga saat ini telah dilakukan sebanyak empat kunjungan tingkat menteri dari Indonesia guna membahas kerja sama di berbagai bidang antara lain kerja sama pertahanan dan industri pertahanan, kerja sama pembangunan infrastruktur serta kerja sama riset dan teknologi, termasuk kerja sama pengembangan obat dan vaksin COVID-19.

Baca juga: KBRI Ankara imbau WNI di Turki cegah penularan COVID-19

Baca juga: Tunjukkan negara hadir, dubes dan konjen "sambangi" WNI di Turki

Baca juga: Seorang WNI pasien positif COVID-19 meninggal dunia di Turki

Pewarta: Yashinta Difa Pramudyani
Editor: Yuni Arisandy Sinaga
Copyright © ANTARA 2020