"Oleh karena itu, demi apa pun dan atas nama apa pun, dua aksi ini harus diberantas dari muka bumi Indonesia," tandas anggota Fraksi Partai Golkar itu kepada ANTARA di Jakarta, Minggu.
Ia mengatakan hal itu menanggapi pernyataan pihak Mabes Polri, Jumat (7/5) lalu tentang keberhasilan penangkapan atas ke-12 warga terindikasi teroris yakni tiga di kawasan Setu, Bekasi, lalu tujuh di Pasar Minggu, satu di Petamburan serta satu lagi di Hotel Menteng, Jakarta Pusat.
Ke-12 warga terindikasi terlibat jaringan teroris itu, merupakan para pihak yang diduga baru keluar dari kamp pelatihan militer di Aceh.
"Kami di Komisi I DPR RI memberi apresiasi setinggi-tingginya kepada pihak Polri yang berhasil menangkap lagi para warga terindikasi teroris ini. Cara penangkapan pun sudah semakin mengedepankan profesionalitas, yakni tidak ada yang tewas ditembak, sehingga para terindikasi pelaku teror itu bisa dikorek berbagai informasi lain guna membongkar jaringannya," ujarnya.
Senada dengan beberapa rekannya di Komisi I DPR RI, Paskalis Kossay meminta pihak penegak hukum agar bisa memberikan hukuman seberat-beratnya kepada para tersangka pelaku aksi teror.
"Aksi teror kan merupakan kejahatan kemanusiaan yang luar biasa efeknya, karenanya harus dihukum seberat-beratnya agar timbul efek jera kepada yang lainnya," tegasnya.
Sebelumnya, mantan anggota Komisi I DPR RI, Andreas H Pareira, secara terpisah mengatakan, keberhasilan Polri menangkap 12 orang terindikasi masuk jaringan teroris alumnus kamp pelatihan Aceh, membuktikan kegiatan mereka masih hidup..
"Terorisme dan jaringannya memang belum mati hanya karena pentolan-pentolannya seperti Nurdin M Top sudah ditewaskan. Jaringan-jaringan ini eksis, patah tumbuh hilang berganti," kata doktor politik dan masalah-masalah internasional ini.
Tetapi, dia pribadi mengapresiasi kepada Polri, khususnya `desk` antiterorisme dan Detasemen Khusus (Densus) 88 yang bekerja cekatan serta profesional membongkar jaringan teroris.
Andreas Pareira yang kini juga Ketua DPP PDI Perjuangan bidang Pertahanan Keamanan dan Hubungan Internasional menilai, dengan keberhasilan ini, diharapkan semua pihak tidak mengendorkan kesiagaan menghadapi berbagai aksi teror.
"Karena itu, di samping operasi pembasmian, pemerintah harus lebih keras bekerja untuk mencegah munculnya kader-kader baru teroris, dengan pendekatan edukasi anti terorisme langsung di pusat-pusat yang menjadi potensi munculnya kader teroris baru," tegas Andreas Pareira lagi.
(M036/A041/R009)
Pewarta:
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2010
Nggak sama !! teroris itu ada 2 golongan. 1 teroris politik & 2 teroris agama.
Teroris agama itu bergerak karena Perintah agama melakukan sunnah rasul (tercatat dlm buku pakemnya) ingin menguasai pemerintah dgn syariat yg tak peduli PANCASILA.
Separatis di sebabkan karena rasa keadilan yg berat sebelah, pemerintah tak melindungi warganya yg Minoritas. Minoritas dlm arti luas
SARA =suku,agama,rumpun (warna kulit,rambut dsb) adat.lihat papua.