Kathmandu (ANTARA News/AFP) - Oposisi Maois Nepal Jumat mengakhiri pemogokan umum mereka, enam hari setelah memaksa penutupan nasional yang melumpuhkan usaha dan kehidupan sehari-hari di negara Himalaya itu.

"Kami memutuskan untuk mengakhiri pemogokan mengingat kesulitan yang masyarakat umum harus hadapi dalam beberapa hari terakhir ini," kata pemimpin Maois Pushpa Kamal Dahal, yang diberi nama julukan Prachanda.

"Bagaimanapun, kami akan meneruskan gerakan massa kami hingga 28 Mei -- batas waktu penyusunan konstitusi," jelasnya kepada wartawan.

Maois, yang memiliki jumlah kursi terbesar di parlemen, menuntut pengunduran diri perdana menteri dan pembentukan pemerintah persatuan nasional baru di bawah Maois.

Bekas pemberontak itu telah melakukan pemogokan sejak Ahad, dengan mengatakan aksi itu tidak akan melunak hingga tuntutan mereka dipenuhi.

Keputusan untuk mengakhiri pemogokan itu menyusul pertemuan umum yang dihadiri oleh sekitar 35.000 orang di Kathmandu dan diorganisasikan oleh masyarakat bisnis dan kelompok masyarakat sipil lainnya yang meminta diakhirinya pemogokan itu.

"Kami telah memberi partai-partai politik dan Maois batas waktu dua hari untuk sampai pada konsensus dan mengakhiri pemogokan," Kush Kumar Joshi, penyelenggara pertemuan dan pemimpin Federasi Kadin Nepal, mengatakan pada AFP, Jumat pagi.

"Pemogokan itu telah melumpuhkan industri usaha dan semua sektor telah terkena dampak yang merugikan. Nepal telah kehilangan 2,25 milar rupe (sekitar 30 juta dolar) setiap hari," ujarnya.

Ada juga bentrokan sporadis antara demonstran anti-Maois dan pendukung Maois di tempat lain di ibukota, tapi polisi menyatakan situasinya terkendali.

AS Kamis juga minta Maois untuk mengakhiri pemogokan, dengan menyuarakan kekhawatiran bahwa konflik itu dapat meningkat menjadi kekerasan.

Robert Blake, wakil menteri luar negeri untuk urusan Asia Selatan, telah mendorong semua pihak untuk berusaha memecahkan perbedaan mereka secara damai ketika harapan pudar bahwa Nepal akan memenuhi batas waktu 28 Mei untuk menyelesaikan konstitusi baru.

Blake, yang mengunjungi negara Himalaya itu bulan lalu, menyatakan bahwa pemogokan umum yang diserukan oleh Maois itu "akan menyebabkan kesulitan serius pada rakyat Nepal dan risiko konfrontasi berbahaya bertambah".

Gerilyawan Maois telah melancarkan pemberontakan berdarah terhadap pemerintah selama 10 tahun sebelum perjanjian perdamaian ditandatangani pada 2006. Bekas pemberontak sayap kiri itu kemudian memperoleh kemenangan dalam pemilihan pada 2008 sebelum jatuh dari kekuasaan tahun lalu. (S008/K004)

Pewarta:
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2010