Jakarta (ANTARA News) - Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dan Ibu Ani menyaksikan pagelaran ketropak guyonan campur tokoh Puspo Budoyo dengan cerita "Merah Putih Mencegah Perang".

Pagelaran ketoprak berdurasi kurang lebih dua jam itu diselenggarakan di Gedung Kesenian Jakarta (GKJ), Jumat malam.

Ketua Umum Pagelaran Ketoprak Guyonan Campur Tokoh Puspo Budoyo, Lies Luluk Sumiarso mengatakan bahwa kehadiran Presiden beserta jajaran kabinetnya merupakan bukti jika para pemimpin dan rakyat Indonesia masih bulat tekadnya untuk melestarikan atau mengembangkan seni budaya nusantara.

Lies mengatakan kehadiran Presiden juga sempat membuat para pemain tegang.

"Semua tegang dan giat berlatih (serta) cemas jangan-jangan bapak (Presiden) tidak jadi datang," katanya.

Menurut dia, sejumlah tokoh (bintang tamu) bahkan sangat bersemangat untuk tampil.

"Wakil Menteri Perhubungan karena bersemangat tadi bahkan sempat terkilir sewaktu latihan adegan perang, tapi tetap akan bermain," katanya.

Lies juga mengaku sempat bertanya-tanya apakah pagelaran ketoprak guyonan yang digelutinya layak disaksikan oleh Presiden dan para menteri.

Kisah "Merah Putih Mencegah Perang" yang diangkat dari serial Nagasasra Sabuk Inten karya SH Mintardja dipilih oleh Presiden Yudhoyono. Pagelaran kali ini disutradarai oleh Aries Mukadi yang telah menekuni kesenian ketoprak sejak 1957.

Pagelaran tersebut dibagi dalam empat adegan yaitu Lamongan, Demak Bintara, Gunung Tidar dan Banyu Biru.

"Merah Putih Mencegah Perang" menceritakan mengenai perjalanan keris pusaka Demak, Nagasasra dan Sabukinten.

Keris Nagasasra dan Sabukinten yang telah ditemukan oleh Ki Ageng Sora penguasa Bumi Banyubiru tidak dapat diserahkan kepada Sultan Demak sebab Banyubiru diserbu perampok yang disebut Golongan Hitam sehingga keris itu hilang lagi dari tangan Gajahsora.

Sultan Demak Trenggono kemudian mengutus Tumenggung Palindih untuk meminta pertanggungjawaban Gajahsora.

Gajahsora kecewa dan marah atas perlakuan Demak yang merusak ketentraman rakyat Banyubiru dan dituduh menyimpan keris Demak untuk melawan Demak.

Pada saat pasukan Banyubiru dan Demak berhadapan, Gajahsora melihat berkibarnya Bendera Merah Putih. Gajahsora yang setia kepada negara, bekas prajurit Demak berpangkat Tumenggung yang telah berjasa di perang Malaka dan menegakkan merah putih disana, memutuskan tidak akan berperang dengan sesama penegak merah putih.

Gajahsora memutuskan menyelesaikan kesalahpahaman itu dengan berunding dan menghadap Sultan Trenggono.

Berbeda dengan pagelaran biasanya, pagelaran ketropak guyonan ke-42 kali ini menampilkan pemain sejumlah tokoh istimewa antara lain Menteri Kesehatan Endang Rahayu Sedyaningsih sebagai Garwoprameswari, Staf Khusus Presiden Heru Lelono sebagai Sultan Trenggono, Kepala Badan POM Kustantinah sebagai Garwo Kandurungan, Direktur Utama RRI Parni Hadi sebagai Ki Ageng Gajahsora, Direktur BRI Bambang Soepeno sebagai Ki Ageng Lembusora, dan Wakil Menteri Perhubungan Bambang Susantono Tumenggung Palindih.

Kemudian Direktur Utama PLN Dahlan Iskan sebagai Tumenggung Danapati, Direktur Utama Perum BULOG Sutarto Alimoeso sebagai Pangeran Saba Kingkin, Dalang senior Manteb Sudarsono sebagai Jagasena dan Gubernur Jawa Timur Soekarwo sebagai Dipati Lamongan.

Sejumlah artis seperti Ratna Listy, Eko DJ, Kirun, Marwoto dan Gareng.

Turut mendampingi Presiden Yudhoyono antara lain Menteri Pekerjaan Umum Djoko Kirmanto, Menko Kesra Agung Laksono, Menteri Pertahanan Purnomo Yusgiantoro, Juru Bicara Presiden Dino Patti Djalal dan Julian A Pasha.

Paguyuban Puspo Budoyo dibentuk pada 6 Agustus 2003 dengan tujuan untuk meneguhkan eksistensi kesenian tradisional rakyat dan mempopulerkan di kalangan masyarakat Indonesia pada umumnya.(Ant/R009)

Pewarta: Ricka Oktaviandini
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2010