Jakarta (ANTARA News) - Nahdlatul Ulama (NU) mengajak segenap Bangsa Indonesia memperkuat kembali komitmen kepada Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) beserta segenap pendirian dasarnya yaitu Pancasila, UUD 1945, dan cita-cita proklamasi kemerdekaan.

"Marilah kita kuatkan lagi rasa cinta tanah air dan rasa cinta kepada segenap rakyat dan warga bangsa ini," kata Rais Syuriah PBNU KH Muhammad Ahmad Sahal Mahfudh saat menyampaikan pidato pembukaan Muktamar NU ke-32 Di Makassar, Selasa.

Lebih lanjut Sahal mengatakan, segala gerak perjuangan dan ikhtiar dalam kedudukan masing-masing harus dikembalikan dan diarahkan menuju kemaslahatan bangsa dan negara beserta seluruh rakyat.

"Terlepas dari segala perbedaan pandangan dan kepentingan," kata pemimpin tertinggi organisasi Islam terbesar di Indonesia itu.

Terkait itu pula, lanjut Sahal, NU pun wajib memperbarui komitmennya untuk melepaskan diri dari politik partisan atau politik praktis.

"Politik NU haruslah politik untuk bangsa dan negara serta seluruh rakyat, bukan politik untuk kelompok atau golongan, apalagi sekedar untuk memperebutkan jabatan," tandasnya.

Dalam hubungannya dengan pemerintah, NU menegaskan kesiapannya untuk bekerja sama, kapan pun diperlukan, demi kemaslahatan.

"Namun tidak perlu menjadi bagian dari pemerintahan ataupun mengikat aliansi dengan pihak yang sedang memerintah," kata Sahal.

Muktamar NU ke-32 secara resmi dibuka Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. Hadir pula dalam acara itu sejumlah mufti dan ulama dari berbagai negara.

Muktamar dijadualkan berlangsung hingga 28 Maret mendatang dengan agenda antara lain pemilihan rais aam dan ketua umum PBNU.

Sementara itu saat membuka Muktamar NU itu, Presiden Susilo berharap NU tetap menjadi garda terdepan dalam mengembangkan nilai-nilai ajaran Islam yang bersifat universal dan jembatan ke arah kemajuan peradaban yang akan membawa kemaslahatan bagi seluruh umat manusia.

"Semuanya itu menjadi tugas sejarah yang diemban oleh Nahdlatul Ulama sejak didirikannya hingga saat ini dan ke depan," tutur Presiden.

Kepala Negara juga mengajak agar segenap warga Nahdliyin di Indonesia memperkuat fondasi, strategi, dan metodologi dakwah agar kaum nahdliyin dan Umat Islam tidak kehilangan jati diri di tengah arus zaman yang terus berubah.

"Kita berharap NU dapat kembali ke khittahnya yang mulia. Ke pundak para ulama kita menggantungkan harapan agar rakyat dan bangsa kita menjadi rakyat dan bangsa yang bermartabat," katanya.

Presiden juga meminta ulama dapat menjadi penjuru dan pembimbing dalam membangun masyarakat Indonesia yang berkarakter, berakhlak mulia, berbudi luhur, dan berdaya saing.(S024/B013)

Pewarta:
Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2010