Surabaya (ANTARA News) - DPD Partai Keadilan Sejahtera (PKS) Surabaya mengakui kegagalannya dalam mengusung Yulyani yang juga kader PKS sendiri menjadi calon wali kota (cawali) Surabaya sehingga terpaksa mengusung calon dari partai lain.

Hal itu diakui oleh salah satu Tim Sukses Yulyani, Ahmad Suyanto di Surabaya, Minggu.

Menurut dia, alasan memilih calon lain karena secara hitung-hitungan perolehan suara, PKS secara struktural baru mengantongi 10 persen suara.

Sementara Yulyani yang semula diusung untuk maju ke Pemilihan Umum Kepala Daerah (Pilkada) Surabaya baru punya 5 persen suara. "Itu artinya, kalau digabungkan dengan PKS sendiri baru 15 persen. Padahal untuk sukses di Pilkada Surabaya, harus 30 persen," kata Wakil Ketua DPRD Surabaya ini.

Menurut dia, untuk mendapatkan porsi 30 persen tersebut diperkirakan baru bisa dicapai PKS dalam periode dua tahun mendatang. "Makanya untuk mendapatkan 30 persen tersebut, lanjut dia, PKS harus berkoalisi dengan partai lainnya," ujarnya.

Selain itu, kata dia, pihaknya sudah memperjuangkan Yulyani agar bisa maju ke Pilkada Surabaya. Namun keinginan politik untuk calon yang diinginkan belum bisa terpenuhi.

Sebenarnya elektabilitas (tingkat keterpilihan) dan popularitas Yulyani di kalangan elemen masyarakat dan berdasarkan survei internal partai, cukup bagus. Dalam sebulan saja, suara Yulyani naik 5 persen.

Seperti diberitakan sebelumnya, PKS bersama dengan PDS, PPP dan PKNU akhirnya mengusung Fandi Utomo (Kader Demokrat) berpasangan dengan Julius Bustomi (perwira TNI AL).

Sebelumnya, Ketua DPD PKS Surabaya Ibnu Shobir mengatakan bahwa Yulyani sudah diberitahu soal hal itu, dan mengaku tidak mempermasalahkannya. "Bu Yulyani tidak masalah dan beliau menerimanya," katanya.

Selain itu, lanjut dia, alasan tidak mengusung Yulyani karena dalam beberapa survei jika ia dipasangkan, nama mantan anggota DPRD Surabaya periode 2004-2009 tersebut memiliki tingkat elektabilitas jauh dari yang diharapkan.

"Kalau survei nama tunggal, Bu Yulyani selalu tinggi elektabilitasnya. Tapi kalau dipasangkan, ini yang tidak tinggi," katanya. (A052/K004)

Pewarta:
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2010