Semarang (ANTARA News) - Perkembangan teknologi komunikasi melalui dunia maya atau internet yang berbentuk jejaring sosial, seperti "facebook", "twitter", dan "blog" secara tidak langsung ternyata mampu memengaruhi proses demokratisasi di Indonesia.

"Gerakan demokrasi rakyat yang riil justru banyak ditemui lewat jejaring sosial, seperti `facebook`, `twitter`, dan `blog`," kata pakar komunikasi Universitas Indonesia Prof M Alwi Dahlan usai menyampaikan kuliah umum di Universitas Diponegoro Semarang, Rabu.

Menurut dia, hal itu menunjukkan bahwa ada perkembangan yang lebih baik dari masyarakat untuk menyuarakan aspirasinya secara lebih luas, dibandingkan dengan dulu yang hanya mampu menyuarakannya lewat wakil rakyat di DPR.

"Di dunia, setiap orang dapat berkomentar atau menyuarakan aspirasi dan dukungannya terkait isu-isu dan persoalan negara, maupun persoalan sosial yang tengah terjadi," kata mantan Menteri Penerangan Kabinet Pembangunan VII tersebut.

Ia mencontohkan, kasus Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Bibit-Chandra, perseteruan RS Omni International dengan Prita Mulyasari, Bank Century, dan sebagainya yang menunjukkan antusiasme masyarakat menanggapi lewat jejaring sosial.

"Hal ini merupakan dampak positif perkembangan proses demokratisasi di Indonesia, terutama perkembangan dalam proses komunikasi politik, meskipun tetap ada dampak negatif yang ditimbulkan oleh perkembangan teknologi itu," katanya.

Terlebih lagi, kata dia, saat ini banyak ditemui nama-nama pejabat, pengusaha, pendidik, kalangan ulama dan pesantren hingga Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dalam jejaring sosial itu, selain tentunya kalangan anak-anak muda.

"Pengguna `facebook` di Indonesia pada tahun lalu melonjak 1.500 persen menjadi sekitar 14 juta orang yang berasal dari seluruh kalangan," kata penyandang gelar doktor bidang komunikasi pertama di Indonesia itu.

Berkaitan dengan dampak negatif dari perkembangan teknologi, terutama jejaring sosial itu, ia mengakuinya, seperti adanya penculikan orang atau penipuan yang berawal dari situs pertemanan tersebut.

Namun, kata dia, dampak positif terhadap perkembangan proses demokratisasi memang lebih besar, sehingga hal itu juga harus disadari para pembuat kebijakan atau perundang-undangan dalam menyikapi fenomena tersebut.

"Suara yang menentang kedatangan teknologi itu sampai saat ini masih terdengar, seperti adanya fatwa yang mengharamkan `facebook` dan protes terhadap internet yang dapat mengancam generasi muda," katanya.

Ia mengakui, perkembangan dan dinamika teknologi komunikasi dan informasi tersebut ternyata belum banyak disadari oleh seluruh pihak, termasuk mereka yang bergerak di bidang komunikasi dan informasi.

"Padahal, perubahan dan perkembangan teknologi komunikasi dan informasi mendorong dinamika baru dalam segala segi kehidupan dan hubungan bermasyarakat, berbangsa, antar pribadi, perseorangan, atau institusi," kata Alwi.
(U.PK-ZLS/R009)

Pewarta:
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2010