Pandeglang (ANTARA News) - Balai Taman Nasional Ujung Kulon (TNUK) akan mengembangkan penangkaran Badak Jawa (rhinoceros sondaicus) di Blok Gunung Honje seluas 3.000 hektare tahun 2011 mendatang dan dipastikan tahun 2015 badak itu sudah memiliki keturunan.

"Penangkaran Badak Jawa itu akan dijadikan taman marga satwa dunia (TMSD) dan bisa mendongkrak pengunjung domistik maupun mancanegara," kata Kepala Bagian Humas TNUK Enjat Sudrajat, saat dihubungi, Selasa.

Enjat mengatakan, penangkaran ini bekerja sama dengan Yayasan Badak Indonesia (YABI) dan sejumlah Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) dunia juga akan membantu seperti dari Executive Director International Rhino Foundation Susie Eliis, Kimsei Vier (Tulsa Zoo), dan Ruchweet (Miami).

Mereka akan membantu penangkaran pengembangbiakan Badak bercula satu yang langka di dunia itu.Saat ini, diperkirakan populasi Badak Jawa di TNUK sekitar 60 ekor.

"Dengan penangkaran ini diharapkan jumlah populasi Badak bercula satu bertambah," katanya.

Dia juga mengatakan, lokasi penangkaran di kawasan Gunung Honje karena sangat memudahkan penggirinya yang dilakukan tim peniliti terdiri dari YABI, TNUK dan LSM satwa dunia.

Selama ini habitat populasi Badak Jawa berada di lahan seluas 38.000 hektare kawasan TNUK, termasuk Gunung Honje.

"Saya kira bila di lokasi Gunung Honje tentu sangat cocok selain tersedia pakannya juga lokasi tidak berjauhan," ujarnya.

Menurut dia, pelestarian Badak Jawa ini tentu pemerintah Provinsi Banten dan Kabupaten Pandeglang harus mendukung karena dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi masyarakat juga bisa menciptakan lapangan pekerjaan baru.

Apalagi, binatang Badak Jawa sudah dijadikan maskot pemerintah Kabupaten Pandeglang.

Pengembangbiakkan satwa langka di dunia ini melibatkan sejumlah peneliti dari beberapa negara untuk mengadakan konservasi di habitatnya di kawasan hutan TNUK.

Bahkan, para donatur dari Amerika Serikat sudah siap memberikan bantuan untuk penangkaran pengembangbiakkan Badak Jawa itu di TNUK.

Bantuan tersebut, dipergunakan untuk biaya operasional konservasi, monitoring serta perlindungan badak."Saya kira diperkirakan biaya penilitian ini memakan biaya cukup besar," katanya.

Selama ini, ujar Enjat, di dunia peniliti genetik Badak masih sangat kecil, apalagi satwa itu pemalu dan sulit ditemukan di habitatnya.

Oleh karena itu, pihaknya harus hati-hati para peniliti karena saat ini populasi Badak Jawa di TNUK hanya 60 ekor.

"Jika penangkaran itu berhasil tentu pengunjung bisa melihat langsung kehidupan Badak. Sebab, saat ini warga belum mengetahui keberadaan Badak Jawa itu," ujar Enjat Sudrajat.

Sekretaris Yayasan Badak Indonesia Agus Darmawan, saat dihubungi, ANTARA News, mengaku pihaknya optimistis penangkaran pengembangbiakan akan sukses dan terwujud tahun 2011  karena melibatkan tim peniliti yang mengetahui persis karakteristik binatang Badak.

Saat ini, lanjut dia, populasi Badak yang ada di dunia sebanyak lima species yakni Badak Hitam (diceros bicornis), Badak Putih (ceratotherium simum), Badak India (rhinoceros unicornis), Badak Sumatra (dicerorhinus sumatrensis), dan Badak Jawa (rhinoceros sondaicus).

"Saya yakin TNUK berhasil mengembangkan penangkaran Badak Jawa sebagai TMSD yang bisa mendatangkan devisa bagi masyarakat dan pemerintah setempat," katanya.(ANT/A038)



Pewarta:
Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2010