Washington (ANTARA News) - Pengguna Iran menghadapi kesulitan untuk mengakses Gmail, demikian keterangan Google, Rabu, setelah satu laporan surat kabar bahwa jawatan telekomunikasi Iran selamanya membekukan layanan surat elektronik raksasa Internet itu.

"Kami telah mendengar dari para pengguna di Iran bahwa mereka kesulitan mengakses Gmail," kata Google dalam satu pernyataan, sebagaimana dikutip dari AFP.

"Kami dapat mengkonfirmasi penurunan tajam arus lalu lintas dan kami telah meneliti jaringan kami sendiri serta mendapati semuanya berjalan secara layak," kata perusahaan tersebut, yang berpusat di Mountain View, California.

"Setiap kali kami mengalami hambatan pada layanan kami, kami berusaha menyelesaikannya sesegera mungkin karena kami sangat percaya orang dimana pun mesti memiliki kemampuan berkomunikasi `daring` (dalam jaringan) secara bebas)," kata Google.

"Dengan sedih, kadang-kala itu di luar jangkauan kami," tambahnya.

Pernyataan Google tersebut dikeluarkan setelah Wall Street Journal (WSJ) melaporkan jawatan telekomunikasi Iran telah mengumumkan pembekuan selamanya atas Gmail, milik Google, dan berencana meluncurkan layanan surat elektronik nasional buat warga negara Iran.

Dengan mengutip keterangan seorang pejabat Iran yang tak disebutkan jatidirinya, WSJ melaporkan tindakan tersebut dimaksudkan untuk mendorong perkembangan teknologi Internet lokal dan membangun kepercayaan antara rakyat dan pemerintah.

Tindakan yang dilaporkan itu tersiar pada malam menjelang pawai di jalan di Iran untuk memperingati 31 tahun Revolusi Islam dan oposisi berencana menyelenggarakan demonstrasi antipemerintah.

Pendukung oposisi sejak Juni telah memanfaatkan setiap kesempatan untuk melancarkan protes terhadap Presiden Mahmoud Ahmadinejad, yang terpilih kembali dalam pemilihan umum Juni --yang memicu protes luas.

Para pemimpin oposisi Mir Hossein Mousavi dan Mehdi Karroubi telah mendesak kehadiran banyak pemrotes pada Kamis.

Puluhan orang telah tewas dan ratusan orang lagi cedera dalam berbagai protes sejak pemilihan presiden tersebut. Dalam protes paling akhir, delapan orang tewas dalam bentrokan antara polisi dan pemrotes pada 27 Desember, ketika pendukung oposisi memanfaatkan acara tahunan Syiah, Asyura, untuk melancarkan pertemuan terbuka anti-pemerintah.

Pendukung oposisi di Iran telah memanfaatkan layanan jaringan sosial seperti YouTube, milik Google, Twitter, Facebook dan jejaring lain dalam upaya mereka berkomunikasi.(C003/A024)

Pewarta:
Editor: AA Ariwibowo
Copyright © ANTARA 2010