Jakarta (ANTARA News) - Pengamat politik Tjipta Lesmana menilai Partai Demokrat sering menggunakan model komunikasi yang membangkitkan ketakutan dengan mengungkapkan kata-kata yang bernada menakuti lawan bicaranya.

"Dalam teori komunikasi politik model ini disebut `fear arising communication`, tapi implementasinya model komunikasi seperti ini hampir tidak ada yang berhasil," kata Tipta Lesman dalam diskusi "Pers: antara Politik dan Kekuasan" di Jakarta, Sabtu.

Tjipta mencontohkan, pernyataan akan mengevaluasi koalisi dan mengusulkan "reshuffle" menteri-menteri dari parpol anggota koalisi.

Menurutnya, komunikasi politik seperti ini pernah diterapkan pada saat pemerintah Presiden KH Abdurrachman Wahid (almarhum) yang kemudian berhenti sebelum sampai akhir masa jabatannya.

"Dalam teori komunikasi politik model komunikasi seperti ini terbukti tidak efektif. Makin ditekan, mitra-mitranya akan makin berani melawan," katanya.

Anggota DPR RI dari Fraksi Partai Demokrat Ramadhan Pohan membantah klaim Tjipta ini dengan mengatakan Partai Demokrat tidak pernah menekan partai anggota koalisi, sebaliknya justru partai anggota koalisilah yang menekan.

Menurutnya, yang dilakukan Partai Demokrat terhadap partai anggota koalisi adalah imbauan bukan tekanan.

Sekjen Partai Demokrat ini juga mengatakan usulan "reshuffle" menteri dari partai koalisi adalah imbaun untuk mengingatkan partai anggota koalisi, bukan menekan mereka.

Soal kasus Bank Century, Ramadan mengungkapkan, Partai Demokrat bukan ingin menutupi sesuatu yang tidak benar, tetapi justru ingin mengungkapnya menjadi terang-benderang agar masyarakat mengetahui duduk persoalannya.

"Dengan terbukanya kasus Bank Century bisa menghapuis anggapan negatif terhadap Partai Demokrat," kata Ramadhan. (*)

R024/AR09

Pewarta:
Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2010