Jakarta (ANTARA News) - Persatuan Insinyur Indonesia (PII) mendorong pemerintah memanfaatkan energi nuklir untuk menjamin pasokan energi, khususnya listrik dalam jangka panjang guna menarik investor dan mengurangi emisi gas buang karbondioksida (Co2).

Dalam pidato pelantikan pengurus periode 2009-2012 yang diberi judul "Konsepsi Pembangunan dan Peran PII ke Depan," di Jakarta, Rabu malam, Ketua Umum PII M Said Didu mengatakan pemerintah perlu melakukan terobosan kebijakan untuk mengatasi de-industrialisasi yang terjadi saat ini melalui keamanan pasokan energi dan infrastruktur.

Ia menilai megaproyek pembangunan pembangkit listrik berbasis batu bara dengan kapasitas 10 ribu megawatt (mw) tahap I dan II hanya efektif untuk memenuhi pasokan energi jangka pendek dan menengah. Menurut dia, jika megaproyek itu terwujud dalam lima tahun mendatang, maka total pasokan listrik di Indonesia mencapai sekitar 50 ribu mw.

Dengan tingkat pertumbuhan 10 persen per tahun, kata dia, maka kebutuhan energi listrik akan menjadi dua kali lipat dibandingkan saat ini pada 2025. "Jadi untuk menjamin pasokan energi dalam jangka panjang pemerintah harus berani menempuh terobosan untuk memanfaatkan energi nuklir," katanya.

Menurut Said Didu, perkembangan teknologi sudah sampai pada tingkat yang bisa menjamin keamanan maksimal terhadap kekhawatiran mengenai kebocoran radiasi, limbah radiasi yang dihasilkan, dan ancaman bencana alam dari pengembangan energi nuklir.

"Para insinyur kita yang bekerja di BATAN (Badan Tenaga Nuklir Nasional) tahu persis dan memiliki ketrampilan tinggi terkait hal itu dan dalam skala terbatas mereka sudah terlibat dalam pengolahan limbah radiasi yang dihasilkan rumah sakit di seluruh Indonesia," katanya.

Ia mengatakan Rusia yang pernah tertimpa musibah Chernobyl kini mengoperasikan 31 reaktor nuklir. Amerika Serikat bahkan memiliki 103 reaktor nuklir, Perancis 59 reaktor, dan Jepang 55 reaktor, serta China memiliki 10 reaktor. Bahkan, kata dia, Swedia yang pada 1980 menghentikan pemanfaatan nuklir, melalui referendum kini memutuskan kembali menggunakan nuklir tersebut untuk memasok kebutuhan energi negara itu.

Ia mengutip penyataan Perdana Menteri Swedia Fredrik Reiufeldt bahwa kebijakan menggunakan nuklir dapat menawarkan perspektif jangka panjang kepada investor, karena adanya keamanan pasokan energi dan bisa mengatasi masalah emisi gas buang Co2 yang merusak lingkungan.

"Dengan kata lain, selain ekonomis, lebih memberi kepastian pasokan, dan aman, pemanfaatan energi nuklir juga memberi sumbangan besar bagi upaya kita mengurangi pemanasan global," katanya.

Indonesia sendiri pernah memutuskan memiliki reaktor nuklir untuk pasokan energi pada 2017, namun kemudian keputusan itu dicabut.

Lebih jauh, Said Didu juga mengungkapkan selain ancaman de-industrialisasi, Indonesia juga menghadapi ancaman de-profesionalisme di bidang keinsinyuran karena banyak insinyur beralih ke profesi lain yang tidak berkaitan dengan keahliannya.

Selain itu juga ada ancaman de-brain yaitu banyak sumber daya manusia yang berkualitas pindah untuk mengabdikan diri di luar negeri.

Pengurus PII Periode 2009-2012
  • Ketua Umum M Said Didu
  • Wakil Ketua Umum Bobby Gafur Umar
  • Sekjen Heru Dewanto
  • Bendahara Umum Rinaldi Firmansyah
  • Ketua Bidang Energi Triharyo Susilo
  • Ketua Bidang Pertambangan dan Sumber Daya Mineral Alwinsyah Lubis
  • Ketua Bidang Industri Kimia Arifin Tasrif
  • Ketua Bidang Industri Manufaktur Fazwar Bujang
  • Ketua Bidang Advokasi dan Hubungan Antar Lembaga Ahmad Mukhlis Yusuf.
(*)

Pewarta:
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2010