Bogor (ANTARA News) - Raut wajah Ilham Rizky (13) narapidana (napi) kecil di Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) Paledang kelas II A Bogor bingung bercampur senang, saat seorang anggota dewan datang mengajaknya menjadi anak asuhnya.

Kiki sapaan akrab Ilham Rizky, merupakan satu-satunya napi berusia belia. Sejak umur 8 tahun ia telah menjadi yatim piatu. Tinggal bersama kakak kandungnya yang akhirnya menelantarkan dirinya.

Ia pun dititipkan warga kampungnya di Kampung Pulo Geulis, Babakan Pasar, Bogor ke pondok pesantren di sekitar.

Sebuah kesalahan karena mengikuti ajakan teman saat masih di pesantren dulu, untuk mencuri telefon genggam (HP) milik orang lain, akhirnya Kiky tertangkap tangan saat pemilik rumah mendapati aksi ketiga anak tersebut.

"Saya diajak teman satu kamar, karena dia mau pulang kampung tak ada uang. Saya disuruh berjaga-jaga, karena ketahuan mereka lari dan meninggalkan saya sendiri dengan HP curian itu," katanya mengingat awal ia sampai terjerat hukuman penjara selama tujuh bulan, kepada Antara, di Bogor, Kamis.

Kiky telah mendekam selama tiga bulan di Lapas Paledang, menjadi satu-satunya penghuni Lapas anak yang paling beliah.

"Saya yang paling kecil di sini, selebihnya usia mereka 15 tahun keatas," kata dia.

Ia mulai dikenal warga Bogor, saat menteri Hukum dan Ham, Patrialis Akbar berkunjung ke Lapas Paledang belum lama ini.

Kehadiran Kiky di lapas membuat menteri terusik, karena seorang anak belia sudah mendekam dalam tahanan. Sejak saat itu, Kiky menjadi titipan pak menteri untuk dicarikan penampungnya setelah ia keluar dari lapas nanti.

Alhasil setelah itu, banyak mata yang menarik atas kisah Kiky, cukup banyak tawaran orang tua asuh yang diterima Kiky, tapi ia belum bersedia menerimannya. "Sudah ada tiga orang, pak menteri juga menawarkan," ujarnya.

Namun ketika H. Ir Muaz HD, anggota Komisi B DPRD Kota Bogor. Tersentuh hatinya untuk menjadi orang tua asuh bagi anak yatim piatu tersebut, Kiky langsung mau menerima dan bersedia ikut dengannya.

"Awalnya deg-degan saja. Saya belum kenal bapak ini. Tapi saya mau ikut dia, karena saya mau sekolah lagi," ujarnya terbata-bata.

Kiky dan Muaz bertemu di ruang KPLP Lapas Paledang, Kamis siang. Ia hanya bisa diam menatap wajah Muaz saat menyampaikan keinginannya.

Muaz berencana menjadi orang tua asuh kiky dan menyekolahkannya di Pondok Pesantren Al-Ikhwan, Mekarwangi.

"Karena awalnya Kiky ini pernah masuk pesantren, maka saya kembali memasukkannya ke pesantren, di sana juga ada sekolahnya juga. Saya akan tanggung biaya hidup dan sekolah kiky hingga tamat SMU," ujar Muaz.

Kiky tak dapat mengungkapkan perasaan bahagiannya, baginya orang tua asuh membuat dia ingin cepat-cepat keluar dari dalam lapas dan bisa bersekolah lagi.

"Saya hanya ingin cepat keluar dan sekolah lagi, biar tidak masuk penjara lagi," ujar anak yang memiliki cita-cita ingin menjadi pemain bola.

Menurut Muaz, ia berkeyakinan Kiky adalah anak yang tak bersalah. Kesalahannya berada di penjara karena faktor tidak sengaja.

Dan statusnya sebagai anak yatim, menurutnya sudah menjadi kewajiban umat untuk memelihara anak yatim, ia pun berkeyakinan bahwa Kiky adalah anak yang baik.

"Ini saya lakukan semata-mata karena perintah agama. Dia anak yatim dan saya melihat nasibnya cukup malang. Saya ingin kiky kelak dapat menjadi insan yang berguna," ujarnya.

Sementara itu Kepala Seksi Pembinaan narapidana dan anak didik (Binakdik) Lapas Paledang, Risman Sumatri menyebutkan bahwa memang sudah ada yang berinisiatif untuk mengadopsi Kiky dan baru sekedar wacana.

"Sejak ditemui pak Menteri, Kiky menjadi perhatian publik dan dia dititipkan khusus pak menteri untuk diperhatikan setelah lepas dari Lapas. Kita sudah mencarikan pondok pensantren yang akan menampungnya setelah keluar nanti. Tapi kalau memang ada yang sudah datang untuk menjadi orang tuanya, kami sangat mendukung sekali karena akan ada control dari orang tersebut," ujar Risman.

Kiky mengingat jelas kapan ia akan dibebaskan yakni pada 8 April mendatang. Dengan mengenakan baju kaos warna dongker bergaris-garis dan celana hitam, satu-satunya baju pinjaman yang dimiliki Kiky menghabiskan waktu dengan banyak membaca Alquran.

Ia pun tak sabar menanti kebebasannya, dan berjanji tidak akan ingin kembali ke lapas yang mengajarkannya banyak hal.

Kiky mengaku selama di lapas ia mendapat perlakukan baik, makan sehari tiga kali, tidur beralaskan marmer. Karena tak memiliki keluarga ia tidak memiliki baju dan tikar sebagai alas tidur.

"Kalau malam baju dicuci, biar pagi kering dan bisa di pakai shalat. Tidak tidak pakai baju, kadang ada yang pinjamin baju," katanya lugu.

Kehidupan keras di luar rumah telah dilakoninya, ia pun pernah menjadi pengamen sewaktu masih di Pesantren saat usianya 11 tahun, itu dilakukannya selama sebulan setiap seminggu sekali.

"Saya tidak mau lagi hidup dijalan. Saya senang ada yang mau menyekolahkan saya, karena saya mau sekolah lagi di pesantren," katanya penuh harap.

Kini, bocah laki-laki bertubuh kurus, berkulit putih dengan tatapan polosnya kembali menjalani sisa masa tahananya. Kiky juga tidak akan malu jika nantinya teman-teman di tempat barunya mengetahui masa kelamnya.

"Tidak apa-apa mereka tau, saya tidak masalah," ujarnya.(*)

Pewarta:
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2010