Jakarta (ANTARA News) - Senin pagi, 21 Desember 2009, Iwan Setiawan (34), konsultan teknologi informasi, bangun terlambat dari biasa. Jarum jam sudah menunjuk 8.15, padahal pukul 9.00 WIB dia mesti menemui kliennya di kawasan Sudirman, Jakarta Selatan.

Dia mesti memilih, membatalkan pertemuan karena khawatir terlambat atau nekad menembus jalan yang luar biasa padatnya dengan mobil merah metaliknya.

Empat rute dari rumah sewanya di kawasan Pondok Pinang menuju Sudirman --melalui Kebayoran Lama, Pondok Indah, Fatmawati, dan via Mampang— dikenalinya pasti sudah disesaki kendaraan.

Sejenak, dia teringat ke pangkalan ojek dekat rumah sewanya itu. Iwan pun memperoleh opsi lain. Akhirnya, kendati mesti mengeluarkan Rp25.000 untuk ojek, dia sampai tepat waktu sesuai rencana.

Peristiwa itu memberi pesan bahwa betapa transportasi itu krusial bagi dunia yang kian kompetitif ini, di mana produktivitas dan kualitas kerja juga ditentukan oleh seberapa lama Anda menghabiskan waktu di perjalanan.

Masalahnya, bagi jutaan pekerja dan banyak keluarga di Indonesia, mungkin Anda salah satunya, moda transportasi yang memadai tidak banyak tersedia.

Sayang, memiliki sendiri kendaraan roda empat juga terlampai berat karena mahal sekali. Itu pun belum menjamin keluar dari perangkap macet.

"Penyakit" seperti ini tak hanya diderita Indonesia, tapi juga negara ekonomi berkembang lainnya. Di kota-kota besar, masalah ini diperparah oleh macetnya jalanan.

Di saat seperti ini --karena fleksibilitas dan harganya-- sepeda motor berubah menjadi jawaban untuk "penyakit" itu.

Jawaban ini juga dipakai ratusan juta orang di India, Vietnam, dan Thailand, yang juga menghadapi persoalan seperti yang dihadapi Indonesia.

Bagi mahasiswa, guru, petani, dan profesi lainnya, bahkan peladang di kawasan Bromo, Jatim dan pencari rumput di Surade, Sukabumi, sepeda motor tak lagi sekedar jawaban, tetapi juga bagian penting dari hidupnya.

Sepeda motor bahkan tidak hanya penting dari segi bisnis, tapi juga bidang-bidang lain seperti sosial, bahkan spiritualitas.

Contohnya, sepeda motor telah membantu pemudik berlebaran. Mengutip Dinas Perhubungan Kabupaten Brebes, Jawa Tengah, 2,5 juta sepeda motor pemudik memasuki Brebes di masa Lebaran 2009.

Sebagian besar dari jutaan orang itu bisa bertakbir bersama keluarganya di kampung karena sepeda motor telah mengantarkan mereka lebih mudah dan murah, dibanding misalnya kereta api yang harga tiketnya selalu membumbung menjelang Lebaran.

Sepeda motor juga memaksa angkutan publik menata dirinya karena jika tidak, publik beralih ke sepeda motor seperti terjadi di banyak tempat di Indonesia, contohnya Kota Jambi.

"Meningkatnya jumlah pemilik kendaraan pribadi, terutama sepeda motor, membuat pengguna jasa angkot kian berkurang," kata Ketua DPC Organda Kota Jambi Endang Sumantri.

Sepeda motor menjadi semakin mudah dimiliki, terutama oleh pola pembiayaan yang makin inovatif.

Misal, pada Februari-Mei 2009, PT Astra Honda Motor (AHM) memberikan insentif kredit pembelian sepeda motor kepada guru, Pegawai Negeri Sipil (PNS), dan paramedis.

"Kami memberikan keringanan uang muka menjadi sekitar Rp500 ribu dengan bunga kredit lebih rendah empat persen dibandingkan yang berlaku umum untuk guru, PNS, dan paramedis," kata GM Marketing PT AHM, Sigit Kumala, di Jakarta, Februari 2009.

Rangsangan-rangsangan seperti itu membuat animo bersepeda motor semakin tinggi sehingga pulau-pulau di Indonesia pun dibanjiri sepeda motor. Bali misalnya, ada 1,7 juta sepeda motor berseliweran di seantero pulau ini.

Jumlah pemilik sepeda motor di Indonesia memang luar biasa, hanya kalah dari India. Produsen sepeda motor utama Indonesia, Honda, bahkan telah memproduksi 25 juta motor sejak 40 tahun lalu.

Sepeda motor di Indonesia juga menyumbang 20 persen dari total produksi Honda di seluruh dunia yang pada 2008 mencapai 15 juta unit.

"Itu menjadikan Indonesia basis produksi sepeda motor Honda kedua terbesar di dunia," kata CEO Honda Motor wilayah Asia dan Oseania, Fumihiko Ike, Oktober tahun lalu.

Direktur Pemasaran PT AHM Julius Aslan menimpali, ekonomi Indonesia yang terus membaik akan membuat AHM bisa memproduksi 30 juta unit, kurang dari dua tahun.

Sementara Direktur PT Astra Internasional Tbk Priyono Sugiarto mengklaim, produksi 25 juta unit motor tidak hanya pertama dicapai di Indonesia, tapi juga di Asia.

Indonesia pun dipandang Honda sebagai situs ekonomi yang seksi seperti India dan Vietnam sehingga akhir Oktober lalu Honda menyatakan akan menginvestasikan lebih dari 100 juta dolar AS di Indonesia.

Honda juga menempatkan Indonesia sebagai "negara percontohan" untuk sepeda motor baru, khususnya Asia Tenggara, menggantikan Thailand.

Presdir PT AHM Miki Yamamoto mengungkapkan alasan mengapa inisiatif itu baru dilakukan. Grup Honda, katanya, memiliki banyak pertimbangan dalam menetapkan "negara percontohan", terutama kesiapan industri suku cadang sepeda motor di negara itu.

"Pemasok komponen harus berperan secara penuh karena harus juga bisa memasok komponen ke negara lain," kata Miki.

Faktanya, dominansi sepeda motor di jalanan membuat cipratan peluang ekonomi nasional sampai ke masyarakat, diantaranya oleh geliat usaha perbengkelan dan suku cadang.

Di Kabupaten Purwakarta, Jawa Barat misalnya, para pedagang suku cadang bekas menangguk untung hingga 10 persen dari setiap kali transaksi.

Keuntungan ini, mengutip Edi (30) yang berdagang suku cadang di daerah itu, mendoring keluarga-keluarga mampu meningkatkan kualitas pendidikannya. "Saya mampu membiayai kebutuhan pendidikan anak sampai ke perguruan tinggi," kata Edi.

Sepeda motor juga mendorong kegiatan-kegiatan kreatif, salah satunya ditunjukkan Fakultas Teknologi Industri Universitas Bung Hatta (UBH), Padang, yang beberapa waktu lalu menggelar lomba modifikasi sepeda motor tingkat SLTA se Sumbar.

Dari perspektif makro, meminjam klaim Wakil Ketua KADIN Rahmat Gobel, sepeda motor adalah salah satu dari tiga penggerak utama industri Indonesia, selain kendaraan bermotor dan elektronik.

"Ketiga sektor itu masih menjadi lokomotif industri di tanah air dalam membangun perindustrian di Indonesia," kata Rahmat beberapa waktu di Jakarta.

Jangan heran, industri sepeda motor Indonesia pun terus tumbuh, yang tahun ini diperkirakan naik 12 persen.

Turunnya bunga bank dan lancarnya pembiayaan otomotif akan memengaruhi penjualan tahun 2010, bahkan akan melampaui penjualan 2008 yang mencapai rekor 6,2 juta unit lebih, kata Ketua Asosiasi Industri Sepeda Motor Indonesia Gunadi Sindhuwinata.

Dari sejumlah gambaran itu, jelas jutaan sepeda motor Indonesia, termasuk 25 juta unit yang telah diproduksi Honda, turut mendorong orang-orang menjadi makmur, mengatasi hambatan waktu dalam banyak proses hidup, dan ikut merangsang ekonomi nasional bertumbuh.

Memang selalu ada sisi negatif di balik apapun, namun sepanjang transportasi publik tak menyokong kebutuhan masyarakat dan mobil pribadi terlalu mahal untuk dimiliki, sepeda motor tetap menjadi pilihan utama masyarakat. (*)

Pewarta: Munawar Sidik
Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2010