Yogyakarta (ANTARA News) - Lima persen perokok aktif di Kota Yogyakarta diharapkan dapat meninggalkan kebiasaan buruknya setelah berkonsultasi menghentikan merokok di seluruh pusat kesehatan masyarakat (Puskesmas) di kota tersebut.

"Sejak diluncurkan secara resmi pada November 2009, memang baru ada satu atau dua perokok per hari yang datang ke klinik konsultasi berhenti merokok di tiap-tiap puskesmas. Tetapi, kami menargetkan pada 2010, ada lima persen perokok yang sudah berhenti merokok," kata Kepala Dinas Kesehatan Kota Yogyakarta Choirul Anwar di Yogyakarta, Minggu.

Menurut dia, meski perokok yang datang untuk melakukan konsultasi masih sangat sedikit, namun ia yakin akan ada penyampaian pesan secara berantai dari perokok-perokok yang sudah berkonsultasi kepada perokok lain untuk program ini.

"Program ini memang melawan arus dengan banyaknya iklan tentang rokok, tetapi program ini akan terus berjalan," katanya.

Ia menyakini, dari waktu ke waktu akan ada percepatan jumlah perokok yang mengikuti program tersebut karena perokok akan disadarkan tentang bagaimana menderitanya mereka apabila tetap meneruskan kebiasaan buruk tersebut.

Sebanyak 18 klinik konsultasi berhenti merokok yang berada di seluruh puskesmas Kota Yogyakarta resmi diluncurkan Pemerintah Kota Yogyakarta bersamaan dengan peringatan Hari Kesehatan Nasional.

"Klinik tersebut juga merupakan jawaban bagi perokok yang ingin berhenti tetapi tidak tahu caranya," katanya.

DIY telah memiliki Peraturan Daerah (Perda) Nomor 5 Tahun 2007 tentang Pengendalian Pencemaran Udara, diantaranya mengatur kawasan tanpa rokok yang ditindaklanjuti dengan Peraturan Gubernur Nomor 42 Tahun 2009 tentang Kawasan Dilarang Merokok.

Satu tahun setelah peraturan gubernur tersebut ditandatangani, diharapkan ada peraturan wali kota atau bupati yang disahkan.

Menurut penelitian yang dilakukan Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada (UGM) pada 2009 ke sejumlah kampung di Kota Yogyakarta diketahui bahwa 53 persen rumah tangga memiliki anggota keluarga yang merokok dengan jumlah rokok rata-rata 10 batang per hari, dan empat batang diantaranya dihisap di rumah sehingga 89 persen balita dan perempuan menjadi perokok pasif.

Dari penelitian tersebut, juga diketahui bahwa 89 perokok aktif ingin berhenti merokok, tetapi banyak yang tidak tahu caranya atau baru berpikir untuk berhenti merokok saat sudah mengalami sakit.

Sementara itu, berdasarkan data TCSC-IAKMI 2008, Indonesia menduduki peringkat ketiga konsumen rokok terbesar di dunia setelah China dan India.

Pada 2004, jumlah perokok dewasa usia 15 tahun adalah 34,4 persen meningkat dari 31,5 persen pada 2001 dengan kenaikan paling signifikan terjadi pada perokok perempuan dari 1,3 persen menjadi 4,5 persen selama periode 2001-2004.

Peningkatan tertinggi terjadi pada kelompok perempuan berusia 15-19 tahun yaitu mencapai sembilan kali lipat, yaitu dari 0,2 persen menjadi 1,9 persen.
(*)

Pewarta:
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2010