Jakarta (ANTARA News) - Menteri Koordinator Politik, Hukum, dan Keamanan Djoko Suyanto, Kamis, mengingatkan media massa untuk menjaga perannya dalam memperkuat demokrasi Indonesia dan tidak melenceng dari prinsip kebebasan pers.

"Sifat strategis dari media massa terletak pada kekuasaan yang dimilikinya untuk menstrukturkan realitas di sekitar kita," katanya pada pidato kunci dalam Seminar "Outlook 2010: Prospek Politik dan Ekonomi Indonesia", di Wisma ANTARA Jakarta, Kamis.

Menurut Djoko, media massa adalah elemen strategis yang ikut membentuk dan menentukan masa depan masyarakat, negara, dan bangsa, serta penghubung aktor-aktor penting di tiga wilayah berbeda yaitu negara, masyarakat sipil, dan pasar.

"Media massa dengan kata lain menjadi jembatan yang menghubungkan suara, kepentingan aspirasi di tiga wilayah dan sumber kekuasaan yang berbeda," katanya di hadapan peserta seminar yang juga dihadiri Menteri Pertahanan Purnomo Yusgiantoro, Kepala Pusat Penerangan TNI Marsda TNI Sagom Tamboen, dan peneliti CSIS J Kristiadi.

Djoko menjelaskan, di bawah tradisi kebebasan pers, media massa dapat dan boleh mendefinisikan apa yang penting dan tidak, apa yang baik dan buruk, betul dan keliru, serta apa yang pantas dan tercela.

"Saya ingin mengingatkan pentingnya kuasa (media massa) itu kita jaga bersama-sama. Komitmen kita untuk membangun negeri ini berdasarkan prinsip demokrasi," ujarnya.

Djoko mengajak pers secara reflektif dan kritis menjaga agar kuasa yang dimilikinya tidak melampaui mandat politik dan sejarah yang melekat dalam ajaran kebebasan pers.

Berkaitan dengan peran LKBN ANTARA, Djoko menilai ANTARA berperan strategis dalam penyebarluasan informasi dan nilai-nilai yang dapat menjadi referensi yang konstruktif.

ANTARA sendiri, seperti dituturkan Direktur Utama Perum LKBN ANTARA Ahmad Mukhlis Yusuf, akan terus memperjuangkan agenda pembangunan masyarakat yang lebih bijak, melalui pemberitaannya.

"Kantor berita ANTARA memberikan sudut pandang berbeda dalam beritanya untuk membangun masyarakat yang lebih bijak," kata Mukhlis. (*)

Pewarta: Luki Satrio
Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2009