Jakarta (ANTARA News) - Sekretaris Jenderal Persatuan Insinyur Indonesia (PII) Heru Dewanto mengatakan penataan infrastruktur harus dipaksa berkualitas dengan mendorong pemanfaatan inovasi teknologi yang tepat guna.

"Pemanfaatan inovasi-inovasi teknologi harus diperkuat guna mendorong pertumbuhan ekonomi di dalam negeri," katanya saat dihubungi di Jakarta, Kamis.

Dikatakannya, inovasi teknologi dalam pembangunan infrastruktur harus terus diupayakan. Misalnya, di bidang ketenagalistrikan, perlu adanya terobosan inovasi teknologi yang mampu menekan biaya produksi menjadi lebih efisien.

Artinya, pemanfaatan energi terbarukan sebagai proses produksi listrik harus digalakkan termasuk dengan menggunakan nuklir ataupun energi terbarukan lainnya.

Menurut dia, saat ini, Indonesia belum sepenuhnya memanfaatkan inovasi-inovasi teknologi dalam mendukung pembangunan infrastrukturnya.

Ia mencontohkan, di sektor ketenagalistrikan yang masih dominan menggunaan bahan bakar minyak (BBM) sehingga sangat terpengaruh dengan situasi harga minyak di pasar internasional yang belakangan ini terus menunjukkan kenaikan.

Menurut dia, kalau harga BBM sudah tinggi, tentu, biaya untuk ketenagalistrikan juga menjadi tinggi, akibatnya, harga listrik kepada sektor industri juga menjadi mahal.

"Kalau industri sudah biaya tinggi maka produksinya sangat mungkin menjadi tidak kompetitif," katanya.

Di sektor transportasi, jalan juga harus diperhatikan karena sampai saat ini masih banyak kualitasnya kurang memadai sehingga sering rusak meskipun usia pembangunannya belum lama.

"Ini juga harus diperbaiki sebab kalau jalan-jalan cepat rusak akan sangat mempengaruhi proses produksi. Bisa-bisa menjadikan biaya produksi menjadi mahal," kata Heru.

Sebelumnya, Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo), Sofyan Wanandi memprediksi pertumbuhan ekonomi tahun 2010 berkisar 5,5 persen dan dapat terjadi apabila pemerintah sesegera mungkin memperbaiki infrastruktur jalan, listrik, mempercepat reformasi birokrasi, dan merubah beberapa Undang-undang yang menghambat membaiknya iklim investasi.

"Prediksi kita, tahun depan (2010) bisa tumbuh lima hingga 5,5 persen. Lebih dari itu tidak bisa," kata Sofyan, usai menghadiri pembukaan Rapat Pimpinan Nasional Kamar Dagang dan Industri Indonesia (Kadin) 2009.

Untuk itu, ia meminta agar pemerintah menyelesaikan pekerjaan rumahnya, yakni memperbaiki infrastruktur agar pengusaha dan investasi baru dapat bergerak(*)

Pewarta:
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2009