"Pameran fotografi ini menampilkan 62 karya, di antaranya 40 karya anggota Bapema FE UNS dan 22 hasil lomba foto jurnalistik yang kami gelar sebelum pameran," kata ketua penyelenggara pameran tersebut, Warih Sulistyani di Solo, Rabu.
Dalam pameran tersebut, dia mengatakan, menampilkan tema tentang berbagai potensi yang ada di Solo.
"Potensi Solo sebagai kota budaya termasuk di dalam karya-karya yang kami tampilkan, seperti berbagai bentuk upaya masyarakat dalam melakukan julukan Solo sebagai kota batik," kata dia.
Selain itu, kata dia, berbagai kegiatan seni dan budaya yang pernah diselenggarakan juga ditampilkan dalam karya fotografi mereka.
"Tidak hanya acara yang diselenggarakan pemerintah saja, berbagai kegiatan seni dan pertunjukan yang diselenggarakan masyarakat juga ditampilkan di karya-karya fotografi peserta pameran," kata dia.
Hal tersebut, menurutnya, dilakukan agar timbul kebanggaan masyarakat pada Kota Solo sehingga timbul kepedulian untuk membangun bersama-sama kota ini.
Di samping potensi budaya dan kesenian, lanjut Warih, karya-karya dalam "Solo ing Poto" juga menampilkan foto-foto tentang berbagai dinamika sosial yang ada di Solo, sebagai sisi lain yang jarang terlihat di masyarakat.
"Pada salah satu foto yang ditampilkan, ada yang menunjukkan kontradiksi program yang dicanangkan pemerintah kota dalam membuat tamanisasi di Solo. Sebagai contoh, ada foto yang menampilkan sebuah taman dengan tumpukan sampah dan penuh dengan coretan," kata dia.
Melalui pameran tersebut, kata dia, Bapema FE UNS berharap Pemerintah Kota Surakarta dapat lebih konsisten dalam menerapkan program mereka.
"Selain itu, melalui foto-foto tersebut kami berharap masyarakat Solo juga dapat menunjukkan cinta mereka kepada kota mereka dengan menjaga lingkungan," kata Warih Sulistyani.
Pameran fotografi "Solo ing Poto" digelar di Balai Soedjatmoko dan berlangsung hingga 27 November 2009.(*)
Pewarta:
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2009
