Kotabaru (ANTARA News) - Tentara Nasional Indonesia Angkatan Laut (TNI AL) menemukan 19 unit ranjau yang masih aktif sisa dari perang dunia (PD) II di perairan Pulau Sebuku, Kotabaru, Kalimantan Selatan (Kalsel).

Kolonel Laut (P) GIG JM Sipasulta, di Kotabaru, Selasa, mengatakan, dari sekitar 85 hektare (Ha) lokasi di perairan Tanjung Nusantara, Pulau Sebuku, Kotabaru ditemukan sekitar 19 unit ranjau yang masih aktif.

"Berdasarkan deteksi awal, kami menemukan 15 titik ranjau yang masih aktif," katanya.Namun, saat diledakkan, dalam satu titik terkadang terdapat dua sampai tiga kali ledakan.

"Itu artinya ranjau yang terpasang di titik tersebut terdapat dua sampai tiga unit ranjau yang dipasang oleh Jepang pada perang dunia II," ujarnya.

Menurut dia, ranjau-ranjau yang masih aktif dan cukup berbahaya itu telah terbenam di kedalaman lumpur antara dua sampai enam meter.

Ia mengatakan, ranjau sisa perang dunia II tersebut merupakan jenis `ranjau pengaruh` dan telah berhasil diledakkan dengan bom rakitan TNI AL seberat 175 kg, dengan 15 kali ledakan.

Penyapuan ranjau tersebut merupakan dukungan TNI AL terhadap pemerintah Kabupaten Kotabaru yang berencana membangunan pelabuhan fery Tanjung Nusantara Pulau Sebuku dengan Teluk Gosong, Pulau Laut.

Bupati Kotabaru H Sjachrani Mataja, yang turut menyaksikan tiga kali ledakkan ranjau tersebut mengatakan, penyapuan ranjau tersebut diharapkan lokasi rencana pelabuhan fery sekitar 85 Ha terbebar dari ranjau.

"Kita berharap dengan peledakan ini tidak akan ada lagi ranjau yang dapat membahayakan aktifitas pembangunan pelabuhan fery," katanya.

Sementara itu, tiga ranjau yang diledakkan Selasa pagi berada di titik 13 dengan berat diperkirakan sekitar 265 kg di kedalaman lumpur sekitar 6 meter, titik 14 berat ranjau diperkirakan seberat 233 kg dengan kedalaman sekitar 2,1 meter dan ranjau di titik 15 berat diperkirakan sekitar 374 kg di kedalaman sekitar 3 meter.

Adapun yang terlibat dalam penyapuan ranjau tersebut diantaranya, Makolanal Kotabaru, KRI Pulau Raas dengan nomor lambung 722 serta Dinas Perhubungan Kotabaru.(*)

Pewarta:
Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2009