Teheran (ANTARA News) - "Melawan dengan tidak melawan." Itulah kata tertepat untuk melukiskan sikap Presiden Iran Mahmoud Ahmadinejad saat menjelaskan kebijakan pemerintahannya menghadapi hujaman berita media Barat, dalam pertemuannya dengan sejumlah wartawan kantor berita se Asia Pasifik (OANA), awal pekan ini.

Sekitar 50 wartawan, termasuk wartawan lokal dan wartawan asing yang ditugaskan di Iran serta wartawan dari sekitar 15 kantor berita di kawasan Asia Pasifik yang tengah melakukan Sidang Dewan Eksekutif ke-31, hadir pada pertemuan dengan Presiden Ahmadinejad itu.

Pertemuan dimulai sekitar pukul 19.45 di ruangan berbentuk teater dan dihiasi foto pemimpin tertinggi Iran, Ayatollah Khomeini. Meja-meja kecil yang di atasnya terdapat alat penerjemah, air mineral tak bermerek, kertas dan alat tulis sederhana disediakan untuk para wartawan.

"Saya tidak masalah dengan hal itu (berita media Barat), karena mereka orang yang tidak baik. Saya akan sedih ketika orang-orang baik yang melakukan hal itu kepada saya," katanya ketika ditanya seorang wartawan Indonesia mengenai sikapnya menghadapi segala tudingan media Barat tentang Iran.

Menurutnya, pemberitaan media Barat seringkali tidak adil dan tidak seimbang. Ia mencontohkan. jika ada kejadian di satu penjara di Indonesia, atau pada Tragedi Tiananmen di China dan di Iran sendiri, media Barat akan memberitakannya, lengkap dengan analisanya.

"Dan semua liputan itu kemudin dibahas secara mendalam dan dibuat analisanya. Orang membacanya, sehingga apa yang benar adalah apa yang sesuai dengan hasil dari analisa itu, yang semuanya bersumber dari Barat," paparnya.

Dia melanjutkan, sebaliknya, ketika sejumlah orang tewas di tangan para penjaga penjara di Amerika Serikat, tidak pernah ada liputannya.

Dia mengingatkan, apa jadinya masyarakat jika seorang wartawan menuliskan 10 berita yang tidak jujur kepada dunia. "0Hubungan negara dan rakyat adalah unik dan wartawan sangat penting dalam perannya menjembatani keduanya."

"Itu tak dapat dihindari. Seperti kita menghirup udara, jika kita tidak menghirup dalam beberapa waktu tertentu kita tidak akan bertahan," katanya beranalogi.

Ahmadinejad mengajak wartawan Asia Pasifik bersinergi, bekerjasama dan memperkuat hubungan dan menulis berita dengan akurat, dapat dipercaya dan menyeleksinya dengan baik guna melawan dominasi pers Barat yang tidak imbang tersebut.

"Informasi yang jujur berlaku universal seperti juga Nabi kita (umat Muslim), Nabi Muhammad SAW yang turun ke dunia menyampaikan pesan kebenaran," tambahnya.

Secara khusus ia bersetuju dengan pandangan Ahmad Mukhlis Yusuf, Direktur Utama Perum LKBN ANTARA yang juga Presiden OANA, bahwa ketidakseimbangan pemberitaan hanya dapat dilawan dengan membuat berita yang akurat dan dapat dipercaya.

Dengan nada yang selalu datar namun dengan tatapan mata yang bersinar, Ahmadinejad berkata, "Saya tidak akan mengulang kembali kebijakan nuklir negara saya. Saya hanya akan memberikan ijin untuk melihat reaktor itu kepada yang berhak (Badan Tenaga Atom International/IAEA)."

Selama ini dunia Barat banyak mengecam kebijakan nuklir Iran yang dianggap membahayakan, sementara pemerintah Iran bersikeras tak akan membuka pintu bagi siapapun yang akan melakukan penyelidikan terhadap reaktor nuklirnya, kecuali kepada IAEA.

Sederhana

"Dia sangat sederhana, dan tidak berkesan keras sama sekali," kata Indra P, Pemimpin Redaksi Monstame, Kantor Berita Mongolia yang datang sebagai peninjau dalam pertemuan OANA.

Indra mengaku kaget mendapat kesempatan bertemu dengan Presiden Iran. "Saya sangat setuju dengan pendapatnya," kata wanita bertubuh mungil ini seraya mengungkapkan sangat tersentuh dengan ucapan Presiden Iran yang sama sekali tidak marah ataupun gusar kepada mereka yang mengkritiknya.

"Saya merasa terbawa dalam suasana yang sangat menggelorakan semangat untuk tetap berjuang melawan ketidakseimbangan," timpal Ahmad Mukhlis Yusuf.

Dalam pidato di depan Presiden Ahmadinejad, Ahmad Mukhlis menyeru wartawan kawasan Asia Pasifik untuk bersinergi dan bekerja sama dalam menghadapi dominasi pemberitaan media Barat dan melawannya dengan membuat berita yang dapat dipercaya.

Sementara redaktur senior dari Kantor Berita Thailand (TNA), Jirayu mengatakan ia sudah memprediksi akan ada pertemuan dengan Presiden Iran. "Negara ini membutuhkan PR (humas) kan?" katanya.

"Dari awal saya sudah sangat antusias untuk bertemu dan memberikan pertanyaan dan mempostingnya di Facebook. Oleh karena itu saya menyampaikan pertanyaan yang pertama, takut tidak kebagian, saya juga sudah berjabatan tangan, sayang tidak ada yang mengabadikan itu," sambung Akhmad Kusaeni, Kepala Sekretariat OANA yang juga Wakil Pemimpin Redaksi LKBN ANTARA.

Acara pertemuan itu dimulai hampir pukul 19.45 waktu Iran dan berakhir sekitar pukul 20.30 itu dimulai dengan lantunan ayat suci Al Quran dan lagu kebangsaan Iran.

Para wartawan anggota OANA harus melewati dua pos dan menunjukkan pas khusus bertuliskan nama mereka dalam tulisan Arab sebelum memasuki ruangan tempat pertemuan itu berlangsung.

Pemeriksaan dipisahkan, pria dari wanita, dalam mana wartawan wanita diperiksa petugas wanita berpakaian hitam-hitam.

Protokol Istana tampak sangat sibuk mempersiapkan acara ini sebelum Presiden Ahmadinejad memasuki ruangan. Wartawan diminta tidak gaduh ketika mempersiapkan peralatan foto ataupun kamera tv mereka.

Berbeda dengan wartawan setempat yang mempunyai pas Kantor Kepresidenan, para wartawan anggota OANA tidak diperbolehkan membawa telepon genggam ataupun kamera, sehingga mereka agak menggerutu.

"No phone, no camera, just your body," kata Morteza Granghadi, Sekretaris Panitia mengingatkan semua anggota delegasi agar tidak membawa telepon genggam, kamera dan hanya membawa diri saja.

Dan bagi yang terlanjur membawa semua alat yang disebut itu, maka dia harus menitipkannya di pos yang telah ditentukan.

Menurut Kusaeni, sebenarnya pertemuan dengan Presiden Iran ini sudah direncanakan, namun tidak dikomunikasikan terlebih dahulu kepada para peserta dengan alasan keamanan.

Dalam pertemuan istimewa itu, lima orang wartawan mendapat kesempatan bertanya, yaitu Akhmad Kusaeni dari Kantor Berita ANTARA, dan empat orang lainnya dari Kantor Berita Afghanistan, Kantor Berita Azertac Azerbaijan, Kantor Berita Anadolu Turki, dan Kantor Berita PTI, India. (*)

Oleh Oleh Iswahyuni
Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2009