Jakarta (ANTARA News) - Ketidakpastian kebijakan bahan bakar menghambat pengembangan mobil ramah lingkungan di tanah air."Perlu kepastian kebijakan untuk masalah bahan bakar ramah lingkungan," kata Direktur Industri Alat Transportasi Darat dan ke Dirgantaraan Departemen Perindustrian (Depperin), Panggah Susanto, dalam diskusi "Green Car" mobilmotor Forum 2009, di Jakarta, Kamis.

Kepastian kebijakan untuk bahan bakar ramah lingkungan, menurut dia, akan secara otomatis akan diikuti industri otomotif di tanah air.

"Artinya kita membutuhkan infrastruktur yang mendukung berkembangnya mobil ramah lingkungan. Seperti kebanyakan di luar negeri sudah menggunakan Euro IV," ujar dia.

Sementara itu, Pengurus Harian Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI), Indah Sukmaningsih berpendapat bahwa sulitnya mengurangi emisi gas buang dari kendaraan lebih karena tidak ada upaya pemecahan masalah dalam "satu paket".

"Kalau memang pemerintah ingin mengurangi emisi dengan mengembangkan mobil ramah lingkungan, seharusnya pemerintah serius memperhatikan BBM yang timbalnya masih tinggi," tegas Indah.

Artinya, ungkap dia, peran pemangku kepentingan, termasuk PT Pertamina (Persero), harus jelas untuk mendukung mobil-mobil ramah lingkungan dapat bergerak.

Lebih lanjut, Indah menekankan pada pentingnya pendidikan pada masyarakat terkait dengan mobil-mobil ramah lingkungan itu sendiri.

"Perlu ada edukasi untuk pengurangan emisi pada masyarakat. Karena sejauh ini masyarakat lebih banyak dibingungkan oleh klaim produsen otomotif atas mobil atau pun bahan bakar ramah lingkungan," ujar dia.

Ia mengharapkan mobil ramah lingkungan (green car) yang digembar-gemborkan produsen otomotif untuk mengurangi emisi gas buang justru menjadi ajang promosi. (*)

Pewarta:
Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2009