Beijing (ANTARA News) - Raja Media dan pemilik News Corporation Rupert Murdoch mengatakan mesin pencari Internet seperti Google dan website lain untuk membayar berita dan artikel yang selama ini mereka terima secara gratis.

Berbicara pada KTT Media Sedunia di Beijing, Jumat, yang dihadiri 300 pemilik dan CEO media termasuk Direktur Utama Perum LKBN Antara Ahmad Mukhlis Yusuf dari Indonesia, Murdoch menuding Google dan website serupa sebagai parasit di Internet.

Menurut dia, konten aggregator di Internet telah mencuri berita dan artikel dari perusahaan media tradisional dan kantor berita. "Saatnya mereka membayar," tegasnya lantang di atas podium.

Wakil Presiden Google Inc, John Liu, yang hadir dalam acara yang dibuka Presiden China Hu Jintaou itu, manggut-manggut saja mendengar "serangan" dari Murdoch yang belakangan ini berkampanye agar website membayar pemilik konten.

"Jika kita tidak ambil kesempatan dari KTT Media Sedunia ini agar konten di Internet itu dibayar, maka kita yang hadir di ruangan ini, yang akan membayar mahal akibatnya dan si pencuri konten, si kleptomaniak, yang akan menang," kata Murdoch lagi.

Kali ini, tepuk tangan riuh terdengar dari hadirin yang adalah kebanyakan pimpinan kantor berita, termasuk Ahmad Mukhlis Yusuf yang juga menjabat sebagai Presiden Organisasi Kantor Berita Asia Pasifik (OANA). Mukhlis tampak bertepuk tangan, sementara John Liu makin serius mendengarkan pidato Murdoch.

Banyak kantor berita yang mengeluh karena konten aggregator mengutip berita, foto, dan video tanpa izin dan tanpa bayaran.

Hal yang sama juga dikemukakan oleh CEO kantor berita Associated Press dari Amerika Serikat, Tom Curley. Ia mengajak para penyedia konten untuk berindak cepat dan tegas terhadap para pencuri berita.

"Kita para penyedia konten terlalu lamban bereaksi atas eksploitasi berita oleh pihak ketiga tanpa izin," kata Curley.

Mesin pencari di Internet seperti Google, Wikipedia, YouTube dan Facebook telah menjadi tujuan utama dan acuan para pelanggan untuk mencari berita utama yang sesungguhnya berasal dari penerbit tradisional.

"Kita para penyedia konten harus cepat dan bertindak tegas untuk mengambil kembali kendali kita atas konten yang kita produksi," tegas Curley.

"Kita tidak bisa lagi mentoleransi keadaan ini. Wartawan yang mengabdikan dirinya, bahkan menghadapi resiko nyawanya ketika mencari berita untuk kepentingan publik, harus dibela dari pihak-pihak yang mendapat keuntungan dari kerja keras mereka tanpa membayar," demikian Tom Curley.
(*)

Pewarta:
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2009