Berlin (ANTARA News/Reuters) - Seorang remaja Jerman yang melempar bom bensin di sekolahnya pekan lalu ingin membunuh sebanyak mungkin siswa dan gurunya, kata penuntut umum pada Senin.

Jaksa penuntut Gudrun Lehnberger mengatakan siswa itu, 18, yang melukai dua anak perempuan di sekolah Carolinum di kota Ansbach, di bagian selatan Jerman, pada Kamis telah merencanakan serangan tersebut selama berbulan-bulan dan dijadwalkan dalam buku hariannya dengan kata-kata "penyingkapan hari ini".

"Ia melukiskan motivasinya karena benci terhadap kemanusiaan secara umum, dan khususnya terhadap sekolah," kata Lehnberger dalam jumpa pers merujuk pada teks yang ditemukan di laptop siswa itu.

"Ia mengatakan dirinya diperlakukan tak adil di sekolah dan masyarakat. Ia merasa diasingkan dan tak bernilai," tambahnya.

Remaja itu yang bersenjata kapak, pisau dan lima bom bensin melempar bom api itu ke dua ruang kelas di sekolah tersebut. Ia menyerang para siswa ketika ia berusaha melarikan diri dari bangunan sekolah yang terbakar.

Polisi menembaknya tiga kali ketika ia mengancam dengan pisau. Polisi tidak mengeluarkan surat penangkapan karena keadaan remaja itu.

Lehnberger mengatakan remaja yang tak disebutkan namanya itu menulis surat di laptopnya, yang menjelaskan motif dan bagaimana ia akan melakukan serangan itu. Ia mengatakan dirinya tak mampu mendapatkan seorang pacar dan dihantui ingatan tak seorangpun membelanya ketika ia dipukuli di bus sekolah.

Ini kejadian paling akhir dalam serangkaian serangan sekolah di Jerman. Pada Maret seorang remaja berusia 17 tahun membunuh 15 orang dalam aksi penembakan di bekas sekolahnya di Winnenden sebelum menembak dirinya sendiri.

Pada 2001, seorang pria bertopeng dengan senjata api dan bahan peledak menyerang satu sekolah di Emsdetten, mencederai 11 orang sebelum membunuh dirinya sendiri.

Berdasarkan informasi yang ditemukan di laptop, pelaku penyerangan di Ansbach dipengaruhi oleh penyerangan sekolah pada April 2002 ketika seorang pria bersenjata membunuh 17 orang, termasuk dirinya di satu sekolah di Erfurt.(*)

Pewarta:
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2009