Jakarta (ANTARA News) - Polemik tentang keberadaan Surat Perintah Sebelas Maret atau yang dikenal dengan Supersemar hendaknya tidak terulang lagi, salah satu upaya yang dilakukan adalah melakukan inventarisasi aset pemerintah termasuk dalam bentuk dokumen.

Presiden Susilo Bambang Yudhoyono mengatakan hal itu saat meresmikan diorama sejarah perjalanan bangsa di Gedung Arsip Nasional Republik Indonesia (ANRI) di Jalan Ampera Jakarta Selatan, Senin.

"Pada masa depan saya ajak semua pihak untuk membangun kesadaran bisa memelihara warisan dokumen dan arsip sejarah perjalanan bangsa. Kembangkan juga sejak di bangku pendidikan dan gunakan teknologi yang tersedia," kata Presiden.

Lebih lanjut Kepala Negara menegaskan, "Bagi mereka yang masih menyimpan secara pribadi arsip dan dokumen yang bersejarah itu diharapkan diserahkan pada negara, tentu copy (salinan)-nya bisa dimiliki pribadi."

Pada kesempatan itu Presiden memaparkan pentingnya ketertiban dan keteraturan arsip dokumen yang penting bagi sejarah perkembangan negara karena dengan hal tersebut maka perjalanan sejarah bangsa diketahui semua pihak.

"Arsip jadi dalam arti luar tidak hanya bentuk kertas tetapi bentuk-bentuk yang lain. Arsip merupakan memori kolektif dari sebuah bangsa atas apa yang dilakukan bangsa itu," katanya.

Ia menambahkan, yang kedua arsip adalah identitas dan jati diri bangsa, arsip juga adalah warisan yang harus terus dipelihara dan di era modern arsip merupakan bagian dari akuntabilitas jalannya suatu pemerintahan.

"Oleh karena itu saya memaknai arsip dalam pengertian yang luas adalah living memory dari sebuah bangsa. Kita ingin agar dokumen sejarah tersimpan dengan baik dan itulah tugas negara dan ANRI," katanya.

Menurut dia, arsip harus dipelihara, disimpan dan digunakan karena kebenaran sejarah harus tegak, semua pihak harus punya tanggung jawab moral cerita tentang kebenaran.

"Masa kini dan di depan, kajian dari arsip terus berkembang dan sumber yang benar. Bila arsip bisa dipelihara dengan baik maka bisa jadi bagian dari wisata budaya," kata Kepala Negara.

Diorama perjalanan sejarah nasional di Gedung ANRI menempati luas 750 meter persegi yang dibagi menjadi sembilan hal yang masing-masing memiliki tema tersendiri.

Tampilan dari diorama itu tidak hanya dipenuhi oleh penggambaran sebuah peristiwa melalui miniatur yang terdiri atas patung manusia dan lingkungan sekitarnya tempat kejadian peristiwa namun juga dilengkapi tampilan dokumen koleksi ANRI seperti naskah proklamasi dan dokumen lainnya.

Dalam acara itu Presiden didampingi Ibu Negara Ani Yudhoyono, kemudian Menko Kesra Aburizal Bakrie, Meneg Pendayagunaan Aparatur Negara Taufiq Effendi, Seskab Sudi Silalahi, Gubernur DKI Jakarta Fauzi Bowo dan Kepala Arsip Nasional Djoko Utomo.

Diorama ANRI dibuka setiap hari kecuali hari libur nasional dan hari besar sejak pukul 09:00 WIB hingga 15:00 WIB untuk Senin hingga Jumat dan pukul 09:00 WIB hingga 13:00 WIB pada Sabtu dan Minggu. Pengunjung tidak dipungut bayaran untuk masuk ke diorama tersebut.
(*)

Pewarta:
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2009