Jakarta (ANTARA News) - Yayasan Sains Estetika dan Teknologi (SET) memberikan penghargaan kepada penggagas Festival lima gunung di Magelang, Sutanto atau Tanto Mendut.

Direktur Yayasan SET, Garin Nugroho secara langsung memberikan penghargaan tersebut kepada Tanto Mendut pada acara dalam rangka memperingati hari ulang tahun ke-22 Yayasan SET di Taman Ismail Marzuki, Jakarta, Kamis malam.

Garin salut kepada Tanto Mendut karena kegigihannya untuk memberdayakan masyarakat di lima gunung yaitu Merapi, Merbabu, Andong, Sumbing dan Menoreh dalam berkesenian.

"Saya sendiri tidak sanggup untuk melakukannya. Di lima gunung banyak sekali partisipan seniman," katanya.

Garin melihat komunitas lima gunung merupakan sebuah tempat workshop kesenian.

"Indonesia memerlukan mereka yang mengerti bagaimana mengembangkan partisipasi masyarakat tanpa menjadi sebuah proyek," tambah Garin.

Dalam sambutannya, Tanto Mendut mengatakan dirinya memilih tinggal di sekitar Candi Mendut, Kecamatan Borobudur, Magelang untuk mengekspresikan cara dia berkesenian.

Tanto Mendut berhasil menumbuhkan kepercayaan masyarakat desa untuk berekspresi, yang kini telah mampu tampil dalam berbagai panggung kesenian di berbagai daerah di Indonesia, bahkan pentas di luar negeri.

Meski berhasil menjadi masyarakat seni, penduduk desa lima gunung tersebut tidak berganti profesi dan tetap menjadi petani.

Festival lima gunung sendiri telah digelar delapan kali meski penyelenggaraannya bukan merupakan festival yang mewah dengan biaya besar.

Rangkaian acara HUT Yayasan SET juga menampilkan kolaborasi seni Garin Nugroho dan Franky Sahilatua, pidato kebudayaan dari aktivis Fadjrul Rakhman, dan pentas seni dari Nadine Candrawinata.

Pada kesempatan tersebut, Yayasan SET meluncurkan mini seri Kisah Keluarga Parikin dengan sutradara Sugeng Wahyudi dan program baru Panggung Teater PADI serta pembuatan film di Wakatobi yang disutradarai Kamila Andini.

Acara yang digelar di Teater Kecil TIM tersebut dihadiri oleh aktivis anti korupsi Teten Masduki, anggota DPR Djojo Susilo dan Arif Mudatsir Mandan.(*)

Pewarta:
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2009