Jakarta (ANTARA News) - Perhimpunan Bank Perkreditan Rakyat se-Indonesia (Perbarindo) menginginkan adanya persaingan sehat dengan bank umum yang menargetkan pasar di sektor usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM).

Ketua Perbarindo DKI Jakarta, Hiras L Tobing, dalam acara buka puasa bersama di Jakarta, Selasa malam mengatakan, persaingan antara BPR dan Bank Umum tidak perlu terjadi karena seharusnya sudah ada segmentasi nasabah yang berbeda di antara lembaga keuangan ini.

"Misalnya BPR tidak akan memaksakan diri untuk mencari nasabah dengan pinjaman di atas Rp100 juta yang notabene merupakan "style"-nya bank umum, dan begitu pula bank umum seharusnya juga tidak memaksakan diri memberikan pinjaman di bawah Rp50 juta yang merupakan wilayah dari BPR," ujarnya.

Menurut dia perlu adanya etika yang disetujui oleh para pemegang regulator agar hubungan antara BPR dengan bank umum dapat menghasilkan sinergi yang menguntungkan bagi keduanya.

"Proses mediasi lewat lingkage program (penyaluran kredit oleh bank umum melalui BPR) sebaiknya dapat terus dilakukan agar persaingan ini dapat berubah menjadi sinergi yang positif," ujarnya.

Saat ini, Hiras menambahkan, masih ada bank-bank umum yang mencoba mengambil lahan dari BPR dengan memaksakan diri "terjun" ke daerah-daerah dan memberikan pinjaman karena regulasi yang ada saat ini belum secara tegas mengatur mengenai persoalan ini.

Ketua Yayasan Perbarindo Jawa Timur Gatot Sutanto juga menambahkan persaingan yang terjadi dengan bank umum saat ini sudah terlalu berat, karena BPR sudah sulit mencari nasabah.

"Bahkan pesaing dari BPR, saat ini, tidak hanya bank umum saja namun juga lembaga pegadaian, padahal bunga yang ditawarkan pengadaian lebih tinggi," ujarnnya.

Ia mengharapkan pemerintah sebagai pembuat kebijakan mampu mengamandemen Undang-Undang Fidusia agar memudahkan BPR menyalurkan kredit kepada masyarakat.

"Saat ini Undang-Undang yang ada masih merepotkan BPR untuk bersaing dengan lembaga keuangan lain, padahal industri BPR merupakan satu-satunya industri yang mampu bertahan di tengah krisis," lanjutnya.

Sebelumnya, Deputi Direktur Direktorat Kredit BPR dan UMKM Bank Indonesia Khairil Anwar mengatakan, Bank Perkreditan Rakyat (BPR) saat ini mulai terancam oleh maraknya bank umum dan bank asing yang membidik pasar di sektor usaha mikro, kecil dan menengah UMKM).

Menurut dia, pergerakan bank-bank yang memiliki modal yang lebih banyak dan sumber daya yang lebih baik membuat BPR semakin tersudut bila tidak segera mengembangkan diri.(*)

Pewarta:
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2009