Bethlehem, Tepi Barat (ANTARA News/AFP) - Fatah Sabtu memilih kembali presiden Palestina Mahmud Abbas sebagai pemimpin gerakan sekuler itu pada hari kelima kongres pertamanya dalam 20 tahun, yang telah dinodai oleh perselisihan mengenai bagaimana menghidupkan kembali pemerintah otonominya.

Namun pemilihan untuk memperbarui badan-badan pemerintah gerakan sekuler itu kembali ditangguhkan dan dijadwalkan lagi untuk berlangsung Ahad ini.

Lebih dari 2.000 utusan pada kongres di kota Bethlehem di Tepi Barat itu dengan suara bulat mengacungkan tangan untuk menyetujui Abbas, yang mengabilalih sebagai pemimpin kelompok tersebut setelah wafatnya Yasser Arafat 2004.

Dalam pidato kemenangannya, Abbas berjanji untuk "membebaskan tanah dan rakyat Palestina" dari pendudukan Israel.

Ia kemudian mengatakan: "Kongres ini harus menjadi awal baru bagi Fatah" untuk mendorong setiap orang untuk memikul tanggung jawab mereka.

Konvensi itu, yang dimulai Selasa dan akan berlangsung tiga hari, telah diperpanjang setelah percekcokan pendapat sengit antara para pengawal tua dan utusan-utusan muda yang mencari peran yang lebih kuat dan pembaruan luas.

Pembicaraan Sabtu berpusat pada cara untuk membersihkan kelompok yang dijangkiti korupsi itu dan menawarkan alternatif bagi persaingan sengit mereka dengan gerakan Islamis Hamas.

Perdebatan berpusat pada bagaimana memulihkan kekuasaan Abbas di Gaza setelah Hamas merebut kendali di wilayah kantung itu Juni 2007, mengalahkan pasukan Fatah dan membatasi kekuasaan Abbas ke Tepi Barat yang diduduki-Israel.

Fatah, yang menguasai pemerintah otonomi Palestina, menjalankan kekuasaan yang tak terbagi di antara kelompok-kelompok Palestina sebelum kelompok itu kalah berat dari Hamas dalam pemilihan parlemen 2006.

Dalam pertanda persaingan yang berlanjut antara kedua kelompok itu, Fatah menuduh Hamas Jumat telah menahan secara singkat sejumlah pemimpin seniornya di Jalur Gaza.

Pertikaian di dalam kelompok dan tuduhan korupsi telah makin memperlemah Fatah, yang didirikan oleh Arafat pada akhir 1950-an.
(*)

Pewarta: Luki Satrio
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2009