Bekasi, 8/8 (ANTARA) - Pemerintah Kota (Pemkot) Bekasi, Jawa Barat, akan mengevaluasi kinerja aparat Kelurahan Jati Luhur, Kecamatan Jati Asih, dalam kepemilikan Kartu Tanda Penduduk (KTP), namun membantah telah melegalkan KTP teroris.

"Bila memang kepemilikan KTP Kota Bekasi atas nama Ahmad Feri alias Amir Ibrahim tersebut dilegalkan oleh pejabat setempat, maka akan kami evaluasi kembali kinerjanya," kata Walikota Bekasi Mochtar Mohammad di Bekasi, Sabtu.

Bupati Bekasi tidak menyangka teroris bersembunyi di wilayah pemerintahannya dan menyebut KTP yang digunakan teroris ilegal dan menyebut pejabat RT/RW dan Kelurahan setempat harus bertanggungjawab jika KTP itu legal.

"Mereka (teroris) tinggal di rumah tersebut sudah tiga pekan, dan jarang bergaul dengan warga sekitar," katanya.

Sementara itu, Sekretaris RT 04 RW 12 Perumahan Puri Nusapala, Imam, mengakui bahwa KTP yang dimiliki pelaku adalah legal.

"Mereka pernah melakukan pengajuan KTP ke kami sejak pertama tinggal di rumah kontrakan tersebut. Dan seluruh data yang kami butuhkan saat itu memang sudah lengkap, makanya KTP bisa kami keluarkan," katanya.

Menurut Imam, saat akan mengontrak rumah selama satu tahun akhir Juli lalu, pelaku mengaku sebagai warga asli Bekasi yang sebelumnya tinggal di kawasan Kecamatan Bekasi Utara.

"Namun, kami juga sempat curiga saat ia mengatakan bahwa orang tuanya tinggal di kaki gunung Slamet, tanpa ada alamat yang lengkap. Dia juga nampak tidak senang saat kami coba mengorek lebih jauh identitas dirinya," kata Imam.

Warga setempat sama sekali tidak menduga bahwa Ahmad Feri memiliki nama asli Amir Ibrahim, pelaku yang memesan kamar bernomor 1808 Hotel Ritz Carlton sebelum diledakkan.

"Saya sama sekali tidak meduga bahwa orang yang pernah saya ajak berbincang adalah pelaku pemboman Hotel Ritz Carlton," katanya.

Warga sekitar juga mencurigai tingkah laku pelaku yang sempat mengundang kecurigaan dari tetangga sekitar.

"Bila pada malam hari, tetangganya sering mendengar ada suara seperti orang yang sedang memukul sesuatu dengan menggunakan palu, selain itu mereka juga sering membakar sesuatu di halaman rumah mereka pada waktu yang sama," katanya. (*)

Pewarta:
Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2009