Cilacap (ANTARA News) - Dua warga Dusun Tlagawungu, Desa Planjan, Kecamatan Kesugihan, Cilacap, Jawa Tengah, diburu oleh Densus 88 karena diduga sebagai pemasok bahan peledak bagi jaringan terorisme.

Dari informasi yang dihimpun, Senin malam, dua warga yang merupakan kakak beradik tersebut bernama Ahmad Yani (44) dan Koko Muntako (40).

Kepala Desa Planjan Subanul Muatib mengatakan, sejumlah anggota Densus 88 beberapa kali mendatangi desanya untuk mencari keberadaan dua orang tersebut.

Sementara itu Ketua RT 02 RW 06 Dusun Tlagawungu Muhammad Muhsin mengatakan, keberadaan kedua kakak beradik tersebut hingga kini tidak diketahui lantaran Akhmad Yani menghilang sejak Densus 88 menangkap Saefudin Zuhry di Desa Danasri Lor, Kecamatan Nusawungu, Cilacap, pada 21 Juni 2009.

Sementara adiknya, Koko Muntako lebih dulu menghilang sejak lima tahun lalu. Tetangganya hanya tahu, lelaki lulusan Pondok Pesantren Al Mukmim, Ngruki, Sukoharjo, ini pergi ke Sulawesi setelah sempat pulang dan menikahi seorang gadis di desanya.

Menurut Muhsin, sejumlah petugas Densus 88 mendatangi rumah Yani pada Kamis (16/7) atau sehari sebelum pengeboman Hotel JW Marriott dan Ritz-Carlton.

Karena tidak menemukan yang mereka cari, Densus akhirnya membawa Muhsin dan seorang tetangga Yani, Muklisun, ke sebuah hotel di Desa Buntu, Kecamatan Kemranjen, Kabupaten Banyumas, untuk dimintai keterangan tentang Yani.

"Densus menceritakan keterkaitan Yani dengan jaringan teroris berdasarkan keterangan Saefudin Zuhry," kata Muhsin.

Dalam keterangannya kepada Densus, kata dia, Zuhry mengaku telah menjemput seseorang warga Palembang di Kroya, Cilacap, dan mengantarnya ke rumah Yani untuk bertransaksi bahan peledak.

Sejak pengeboman di Jakarta, kata dia, istri Yani yang bernama Titik dan delapan anaknya pergi meninggalkan rumah mereka lantaran hampir setiap hari polisi selalu mendatanginya.

Tak seorang pun warga yang mengetahui keberadaan istri dan anak-anak Yani karena mereka pergi pada malam hari.

Mengenai aktivitas Yani, sejumlah warga mengatakan, pria ini bekerja sebagai petani dan berjualan madu serta kadang kala melayani perbaikan peralatan elektronik.

Selain itu, keluarga Yani sangat tertutup dan jarang bergaul dengan tetangga.

"Pak Yani sering pergi ke pengajian tetapi bersama dengan orang-orang dari luar desa ini. Dia juga sering bepergian jauh tetapi kita nggak tahu ke mana perginya," kata tetangga Yani, Siti Tarbiyah (50). (*)

Pewarta:
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2009