Purwokerto (ANTARA News) - Aktor "beken" Roy Marten setelah menghirup udara bebas dari penjara, menurut rencana akan dirawat di Wisma Rehabilitasi Mental dan Narkoba Mustajab, Purworejo, Jawa Tengah, agar yang bersangkutan pulih dari ketergantungan narkoba.

Pihak keluarga aktor Roy Marten sudah ada yang menghubungi, kata pimpinan Wisma Rehabilitasi Mental dan Narkoba, KH Supono Mustadjab S.Sos dalam laporannya kepada Menteri Agama Muhammad Maftuh Basyuni ketika bertemu di salah satu rumah makan, di Purwokerto, Minggu malam.

Pihak keluarga Roy sudah menghubungi. Namun kapan Roy akan dirawat di wisma rehabilitasi tersebut, KH Supono belum dapat memastikan. Namun menurut penjelasan salah seorang saudara kandung Roy, Rudi Salam, setelah Roy bebas dari penjara akan dirawat di wisma tersebut.

Roy Marten masuk bui lantaran terlibat penggunaan narkotik. Yang bersangkutan kini masih menjalani hukuman di penjara Surabaya.

Pada pertemuan yang juga dihadiri Kakanwil Depag Jawa Tengah, Mashudi, Direktur Madrasah, Firdaus dan Kepala Pusat Informasi Keagamaan dan Kehumasan, Mashuri AM dilaporkan pula perkembangan Sumanto yang hingga kini masih berada di wisma tersebut.

Menag tahun lalu melihat perkembangan fisik dan jiwa Sumanto di wisma tersebut. Saat itu Sumanto -- yang dikenal sebagai manusia pemakan bangkai manusia -- jiwanya masih labil. "Sekarang dia sudah baik," jelas KH Supono.

Hanya saja, lanjut dia, sudah tiga kali manajemen wisma rehabilitasi tersebut hendak memulangkan Sumanto, keluarganya selalu menolak. Dengan alasan, takut dengan Sumanto. "Padahal, kini Sumanto sudah baik dan sembuh. Pandai membaca Surat Yasin pula," ia menjelaskan.

Ketika Menag melihat Sumanto, bersamaan dengan itu pula diberikan sumbangan sebagai bantuan peningkatan pelayanan di wisma rehabilitasi tersebut.

Pada pertemuan itu, pimpinan wisma rehabilitasi Mustadjab melaporkan bahwa kini sudah ada 600 pasien dirawat. Sebanyak 85 orang umumnya terkena narkoba, selebihnya kena penyakit jiwa. Dari sejumlah pasien penyakit jiwa itu, 60 orang adalah mualaf (orang yang baru menjadi Muslim).

Yang menarik, lanjut dia, pasien penyakit jiwa belakangan ini berasal dari para calon anggota legislatif yang gagal. Ada 17 orang pasca Pemilu Legislatif terkena penyakit jiwa. Empat orang di antaranya yang berasal dari Jakarta (1 orang) dan Manado (3) masih berada di wisma menjalani perawatan.

Calon anggota legislatif yang gagal kemudian terserang penyakit jiwa itu, ia menambahkan, kebanyakan akibat memikirkan hutang yang terlalu banyak. "Mereka kaget, uang yang dikeluarkan demikian besar, namun tak membuahkan hasil," katanya.

Tingkah laku calon anggota legislatif yang gagal dan terserang penyakit jiwa itu, menurut dia, tak jauh beda dengan orang gila di tepi jalan raya. Baju terbuka dan berteriak-teriak.

Tentang empat pasien caleg yang belum pulang hingga sekarang, kata dia, tak mau kembali ke tempat asalnya. Pasalnya, mereka mengaku malu. (*)

Pewarta: Luki Satrio
Editor: Bambang
Copyright © ANTARA 2009