Jakarta (ANTARA News) - PT Telekomunikasi Indonesia Tbk (Telkom) menilai rencana penerbitan obligasi senilai Rp2 triliun semester II 2009 merupakan opsi terakhir dalam memenuhi belanja modal (capex) tahun ini.

"Obligasi menjadi alat pendanaan yang paling terakhir digunakan untuk membiayai capex 2009 senilai 2,1 miliar dolar AS," kata Direktur Keuangan Telkom, Sudiro Asno, di Kantor Kementerian BUMN, Jakarta, Rabu malam.

Sudiro mengakui pihaknya sudah mengkaji penerbitan obligasi yang direncanakan dalam denominasi rupiah tersebut.

Namun belum ada putusan apakah akan merealisasikan penerbitan surat utang tersebut, karena perusahaan masih melihat berbagai faktor seperti daya serap capex pembiayaan termasuk kemampuan pendanaan.

Selain itu penerbitan obligasi juga harus disesuaikan dengan penyajian laporan keuangan.

Ia berpendapat, untuk memenuhi capex perseroan dimungkinkan mengunakan berbagai instrumen meliputi, pinjaman perbankan, pendanaan vendor (vendor financing), oabligasi, termasuk pendanaan dari internal perusahaan.

"Semua opsi itu bisa dikombinasikan, namun harus dicari sumber pendanaan yang murah atau biaya dana kecil dan menguntungkan perusahaan," tegas Sudiro.

Menurut catatan, dana capex 2009 sebesar 2,1 miliar dolar AS, sebanyak 70 persen dialokasikan untuk pengembangan layanan seluler anak perusahaan (Telkomsel), sisanya 30 persen untuk peningkatan layanan dan infrastruktur lainnya.

Hingga kini ia mengaku, lebih dari 50 persen capex sudah terpenuhi.

Pada awal Juli 2009 perusahaan telekomunikasi terbesar di tanah air ini, akan mendapat pencairan pinjaman konsorsium Bank BNI, Mandiri, BRI dan Bank Jabar sekitar Rp4 triliun.

Selain itu, perseroan juga telah mendapat fasilitas pendanaan dari mitra vendor financing asal Cina yaitu ZTE dan Huawei.

Untuk tahap awal Hiawei siap membiayai sekitar 100 juta dolar AS, dari komitmen antara 800 juta dolar AS hingga 1 miliar dolar AS.

Dengan demikian Telkom tinggal mencari pendanaan antara 140 juta dolar AS hingga 200 juta dolar AS.

Ia menambahkan, kebutuhan dana secara keseluruhan baru dapat diketahui sekitar Agustus 2009, sekaligus diputuskan apakah menerbitkan obligasi atau tidak.

"Kami rasa Agustus masih sempat, karena biasanya pencairan dana belakangan," katanya.

Meski begitu Sudiro membantah informasi yang beredar telah menunjuk Deutsche Bank sebagai penasehat keuangan penerbitan obligasi tersebut.

"Belum sampai pada penetapan penasehat keuangan, kita hanya membicarakan soal daya serap pasar, kupon obligasi," katanya.(*)

Pewarta:
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2009