Jakarta (ANTARA News) - "Kita adalah perusahaan yang siap memimpin untuk 100 tahun selanjutnya," kata Rick Wagoner, Chief Executive General Motors (GM), di hadapan ratusan karyawannya di Detroit, AS, saat merayakan ulang tahun yang ke-100 perusahaan itu, delapan bulan lalu.

Ungkapan jumawa bos GM saat itu -- New York Times (1/6)-- bukannya tanpa alasan.

Ia melihat bahwa dalam 100 tahun yang dilaluinya, GM tumbuh sebagai perusahaan raksasa otomotif di AS, bahkan selama 77 tahun pernah menjadi produsen mobil terbesar di dunia, sebelum dua tahun terakhir direbut Toyota, Jepang.

Perusahaan yang didirikan tahun 1908 di Detroit itu bahkan menjadi simbol inovasi industri kendaraan di negeri Paman Sam dan berhasil mentranformasi kota kecil itu menjadi mashur dengan nama "Silicon Valley", serta ratusan ribu warga AS yang menjadi karyawannya masuk dalam kelas menengah.

Dari kantor pusatnya yang berlokasi di Renaissance Center di Detroit, Michigan, GM dalam satu abad perjalanannya memiliki jaringan pabrik manufaktur di berbagai negara, terutama di daratan Eropa, seperti Jerman, Inggris, Belgia, Polandia dan Spanyol.

Perusahaan itu juga memiliki anak perusahaan atau kepemilikan saham di berbagai perusahaan otomotif di belahan dunia lainnya, seperti di Afrika Selatan dan Jepang.

Mobil yang diproduksinya meliputi berbagai jenis mobil, dari yang biasa sampai yang mewah, di antaranya Buick, Cadillac, Chevrolet, Opel, Saturn, Saab, Pontiac, dan Vauxhall.

Performa GM yang menggurita di kancah otomotif dunia itu semakin mengokohkan keyakinan bahwa operasi perusahaan itu akan "abadi".

Namun saat dunia dilanda krisis finansial pada akhir 2008 yang mengakibatkan kelesuan permintaan kendaraan di mana-mana, terutama di pasar utamanya di Eropa dan AS, GM ikut terseret arus secara dramatis.

Angka penjualan GM anjlok akibat dampak kelesuan ekonomi global itu dan perusahaan itu akhirnya meminta bantuan pinjaman pemerintah AS dan memperolehnya sebesar 20 miliar dolar AS pada Desember 2008.

Namun pemerintahan Barack Obama mengajukan syarat batas waktu kepada GM untuk restrukturisasi yang ditetapkan 60 hari sebelum diberi bantuan lebih lanjut, serta sang pemimpin GM Rick Wagoner diperintahkan mundur.

AS yang terkenal dengan pengusung ekonomi liberalnya, akhirnya mau tak mau harus campur tangan mengurusi ikon industri otomotifnya, sekaligus mencegah ancaman pengangguran besar-besaran.

"Kita tidak dapat, dan tidak boleh membiarkan industri mobil lenyap," kata Obama.

Obama, yang baru beberapa bulan duduk di Gedung Putih, juga mengusulkan upaya perlindungan kebangkrutan sebagai cara yang paling tepat dan langkah ini akan memudahkan perusahaan itu "untuk secara cepat mengatasi utang yang melilit sehingga mereka dapat memulai kembali langkah menuju keberhasilan."

Namun, restrukturisasi GM yang diharapkan tak kunjung membawa hasil seperti yang diharapkan pemerintah AS. Bahkan sahamnya di bursa Wall Street, New York, harus jatuh menjadi 75 sen per saham pada penutupan transaksi Jumat (29/5), dibandingkan di awal dekade ini pada 70 dolar per saham.

Pada Senin pagi, 1 Juni 2009, manajemen produsen mobil berusia 100 tahun lebih itu harus dengan pahit menyatakan GM pailit (bangkrut) di pengadilan niaga Manhattan dengan memilih opsi "chapter 11".

"Chapter 11" adalah pasal perlindungan terhadap kebangkrutan. Perusahaan yang memilih status "chapter" itu bisa tetap beroperasi dan dioperasikan oleh manajemen dan pemimpin yang ada, serta tidak ada perubahan manajemen dan kepemimpinan.

Opsi "chapter 11" itu berarti semua aset tetap milik GM dan tidak boleh disita atas alasan apapun, karena semua aset tersebut telah diproteksi oleh pemerintah AS.

Selain itu, garansi pembelian tetap berlaku, semua pelanggan tetap dapat menikmati layanan dealer, baik dari segi penjualan, layanan perawatan, dan penyediaan suku cadang.

Kebangkrutan itu berbeda dengan istilah di Indonesia yang sesuai dengan opsi "chapter 7" di AS, yang diartikan sebagai perusahaan tutup, tidak beroperasi, semua layanan tidak berlaku, penyediaan suku cadang terhenti, dan seluruh aset disita pengadilan.



GM Baru

Pemerintah AS kini menguasai saham terbesar di perusahaan baru GM sebanyak 72,5 persen, sementara sisanya oleh Serikat Pekerja Otomotif (United Automobile Workers/UAW) .

Sebagai konsekuensinya, pemerintah Obama akan menyuntikkan dana tambahan (dana pembayar pajak) sebanyak 30 miliar dolar bagi restrukturisasi GM untuk membuat perusahaan itu lebih mampu berkompetisi dengan para perusahaan otomotif, utamanya yang memproduksi mobil ramah lingkungan dan hemat energi.

Sebagai entitas bisnis baru, GM diharapkan mampu bangkit kembali sebagai perusahaan baru yang lebih ramping dalam kurun waktu 60 sampai 90 hari.

Akibatnya, sekitar 20.000 posisi kerja dihapuskan dan 11 pabrik ditutup.

Merek mobil yang akan tetap berada di bawah payung General Motors terdiri atas Cadillac, GMC, Chevrolet dan Buick, sementara Hummer, Saturn dan Saab akan dijual. Untuk Pontiac akan dihentikan produksinya dan kepemilikan GM dalam Opel hanya tinggal sepertiganya.

Pekerja GM dari tahun ke tahun sudah disusutkan dan sekarang tinggal sekitar 60 ribu orang dari 600 ribu lebih pada 1970-an.

Namun, pemerintahan Obama menegaskan tidak punya maksud untuk menasionalisasi GM atau ingin menjalankannya dalam jangka waktu panjang.

Presiden baru AS itu menyebut posisi kepemilikan saham pemerintah AS di GM sebagai "reluctant shareholder" atau pemegang saham pasif.

"Apa yang tidak akan kami lakukan, yang kami tidak berkeinginan melakukannya adalah mengoperasikan GM. GM akan dioperasikan oleh dewan direktur dan tim manajemen privat sendiri yang memiliki rekam jejak dalam manufaktur AS yang merefleksikan komitmen terhadap inovasi dan kualitas," kata Obama seperti dikutip VOA News (1/6).

Para kreditor GM juga menyatakan siap berkompromi dengan mengubah pinjamannya yang akan ditukar dengan 10 persen saham GM baru, serta jaminan tambahan bahwa kelak saham tersebut akan ditambah 15 persen lagi.

Menteri Keuangan AS Timothy Geithner, yang tengah berada di Beijing, Senin, menyatakan optimistis akan masa depan GM dan perusahaan AS lainnya yang bernasib sama, Chrysler.

"Kami sangat optimis akan membuat perusahaan-perusahaan ini bangkit dengan lebih kuat dan melangkah maju tanpa bantuan pemerintah, karena mereka akan menjalani restrukturisasi yang sangat, sangat dramatis," katanya.

Menurut dia, dalam kedua kasus itu, bantuan pemerintah datang untuk mendukung restrukturisasi dan bukan menghindarinya.

"Dan tujuan kami adalah untuk meyakinkan bahwa kami membatasi keterlibatan di tingkat kebutuhan minimal dan bahwa kami melepaskan diri dari keterlibatan itu secepat yang kami bisa", kata Geithner seperti dikutip Radio Jerman Deutsche Welle (1/6).

Kondisi GM itu memberikan pesan jelas bahwa perusahaan kapital besar bisa runtuh kalau tidak dapat menyesuaikan diri dengan perubahan teknologi dan lingkungan kemasyarakatan.

Di masa depan, seperti dikutip tajuk Harian liberal Spanyol El Mundo, pabrik otomotif kalau sintas, harus memproduksi mobil yang lebih kecil dan murah, hemat bahan bakar serta lebih sedikit menghasilkan emisi gas buang, karena dunia dalam dekade terakhir ini berubah drastis.(*)

Oleh oleh Zaenal Abidin
Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2009