Washington (ANTARA News/Reuters) - Dua bulan lalu Presiden Barack Obama berdiri bersama dengan para pemimpin Kelompok G-20 di London seraya bersumpah tidak akan menerapkan aturan-aturan proteksionis di tengah krisis ekonomi global.

Kini sejumlah pihak mempertanyakan apakah keputusan pemerintahan Obama membangun kembali General Motors Corp dengan menguasai saham mayoritas perusahaan itu dan mendesak perusahaan global itu membuat lebih banyak kendaraan di Amerika Serikat, mengingkari janji Obama itu.

"Kami (Amerika Serikat) dipandang sebagai pemimpin pasar bebas," kata Claude Barfield, cendikiawan dan pakar perdagangan pada American Enterprise Institute, Washington.

Dia mengkhawatirkan isyarat-isyarat yang dikirimkan pemerintah AS minggu ini kepada General Motors akan mengancam daya kompetitif perusahaan-perusahaan AS.

Namun para analis lainnya menilai terlalu sulit bagi negara-negara Eropa dan Asia untuk mengimbangi subsidi yang diberikan AS kepada perusahaan-perusahaannya, jika mereka juga ingin melakukan langkah yang sama.

"Pemerintahan lainnya tengah menyediakan paket bantuan untuk industri otomotifnya. Dan hal itu memiliki relevansi politik, dan pada beberapa hal, relevansi hukum," kata John Magnus, pengacara perdagangan pada firma hukum berbasis di Washington, Miller Chevalier.

General Motors telah mengajukan perlindungan kebangkrutan demi memulai lagi restrukturisasi gerak cepatnya.

60 persen saham perusahaan ini akan dikuasai oleh pemerintah AS sehingga GM memperoleh suntikan dana segar 30 miliar dolar AS.  Sementara pemerintah Canada dan Provinsi Ontario (Kanada) akan menguasai 12 persen saham.

Hari Senin lalu, secara eksplisit Obama menyatakan bahwa salah satu bagian dari rencananya adalah menggeser lebih banyak produksinya ke Amerika Serikat.

"GM akan memulai membangun porsi terbesar produksi mobilnya di dalam negeri, termasuk mobil hemat energi," kata Obama.

Ron Gettelfinger, presiden United Auto Workers, menyatakan bahwa serikat pekerjanya ini telah mendapat komitmen dari perusahaan untuk membangun sebagian besar komponen kendaraannya di AS, ketimbang mesti mengimpor dari Asia.

"Seharusnya dibangun di sini (AS) kalau memang sahamnya akan dijual di sini," katanya kepada Reuters minggu lalu.

Pada hari yang sama pemerintah Obama membantah laporan bahwa mereka telah melarang produsen otomotif Eropa Opel masuk ke pasar AS dan China setelah GM menjual mayoritas sahamnya ke pemerintah AS.

Barfield menilai langkah AS dalam perkara GM ini akan memberi alasan kepada negara-negara seperti China untuk membangun industri otomotifnya sendiri.  "China pasti menyukai hal ini," katanya. (*)

Pewarta:
Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2009