Jakarta (ANTARA News) - Pengamanan Pemilu 2009 oleh TNI, akan dilakukan selektif sesuai perkembangan situasi keamanan di daerah, terutama yang masuk kategori rawan konflik.

Kepala Penerangan Mabes TNI Angkatan Darat (AD) Kolonel TNI Christian Zebua di Jakarta, Rabu, mengatakan, pihaknya senantiasa siap membantu Polri dalam mengamankan seluruh proses kegiatan Pemilu 2009 baik legislatif maupun pemilu presiden.

"Namun, pemusatan kekuatan akan dilakukan berdasar perkembangan situasi di daerah setelah berkoordinasi dengan Polri. Kami ada satuan teritorial dan tempur di daerah yang siap digerakkan kapanpun jika diperlukan untuk membantu Polri mengamankan Pemilu memdatang," katanya.

Masing-masing satuan TNI di daerah akan disiapkan bekerjasama dengan Polri, sesuai kebutuhan dan situasi keamanan di daerah bersangkutan, lanjut Zebua menegaskan.

Sebelumnya, Direktur Eksekutif Soegeng Sarjadi Syndicate Sukardi Rinakit meminta pemerintah terutama aparat keamanan, guna memberi perhatian lebih kepada beberapa wilayah yang mempunyai warisan konflik menjelang pelaksanaan Pemilu 2009.

"Ada beberapa wilayah yang harus mendapat perhatian lebih besar karena berpotensi terjadi konflik terkait dengan proses pelaksanaan Pemilu 2009," katanya.

Sukardi mengatakan sejumlah wilayah yang memiliki potensi kerawanan cukup tinggi yakni Kalimantan Selatan, Maluku, dan Nanggroe Aceh Darussalam.

Sementara itu, wilayah yang memiliki tingkat kerawanan konflik sedang adalah Sulawesi Tengah, DKI Jakarta, Kalimantan Timur, Kalimantan Selatan, Sulawesi Selatan, Nusa Tenggara Timur, Riau, Nusa Tenggara Barat, dan Papua.

Wilayah dengan potensi konflik rendah antara lain Bali, Sulawesi Utara, Jawa Barat, Lampung, Sumatra Utara, dan Jawa Timur. "Itu terbukti dari masih bergelayutnya konflik pemilihan kepala daerah seperti di Maluku Utara, Sumbawa, Kalimantan Timur, dan Papua.

Peristiwa politik tidak sekadar memicu potensi konflik yang sudah ada, tetapi juga memperkeras struktur konflik dalam tubuh parpol dan politisi," katanya.(*)

Pewarta:
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2009