Surabaya (ANTARA News) - Manajer Program Insomnium Malang, Decky Yulian mengemukakan, saat ini banyak hal dari dunia fotografi yang belum diketahui oleh masyarakat di Indonesia, kecuali hanya kamera dan produknya. "Sejarah fotografi di Indonesia ini terputus, karena masyarakat langsung mengenal kamera," kata pimpinan dari lembaga yang melakukan riset pada karya-karya visual itu dalam jumpa pers di Pusat Kebudayaan Prancis (CCCL) di Surabaya, Senin. Didampingi fotografer, Bachtiar Dwi Susanto yang sedang mengadakan pameran di CCCL, ia mengemukakan, alat-alat untuk menghasilkan karya foto yang belum diketahui masyarakat luas, antara lain, kameran lubang jarum(KLJ), "fotogram", "cynotipe", "saltprint" dan "lomografi". "KLJ adalah sejarah pertama dari fotografi yang ditemukan ilmuwan Arab. Tekniknya adalah menggunakan kotak yang bisa dibuat sendiri oleh siapapun, yang dilubangi dengan jarum. Kamera itu bisa menggunakan film negatif atau langsung dengan kertas foto," katanya. Untuk fotogram, dikerjakan di kamar gelap dengan menggunakan teknik seperti mencetak film negatif menggunakan kertas foto. Pada teknik ini, obyek yang hendak diabadikan diletakkan langsung di atas kertas foto yang kemudian diberi sinar. "Untuk `cyanotipe` dan `saltprint` adalah teknik mencetak foto pada benda, seperti keramik, sedangkan `lomografi` awalnya digunakan untuk kegiatan spionase oleh tentara Rusia. `Lomografi` ini saat ini banyak digunakan anak-anak muda di dunia," katanya. Ia mengemukakan, Insomnium yang didirikan sejak 2003 itu sering mengadakan "workshop" untuk masyarakat, khususnya pelajar SMP dan SMA di Malang. "Worskhsop tersebut kami kemas dalam bentuk main-main tapi serius, sehingga tidak membosankan bagi peserta. Dengan kegiatan ini kami mengenalkan sejarah fotografi kepada masyarakat, khususnya anak-anak muda," katanya menambahkan. Sementara, Bachtiar yang akan memamerkan karya fotonya bersama seniman foto asal Malaysia, Ahmad Fuad Osman, 31 Maret hingga 11 April 2009 di CCCL mengatakan, pada karya-karyanya ini dia banyak melakukan eksperimen dengan berbagai media. "Saya tidak hanya menggunakan kamera biasa, tapi banyak media, termasuk kamera lubang jarum. Saya tidak hanya terpaku dengan kamera-kamera digital, tapi tetap menggunakan teknologi fotografi masa lalu," katanya menjelaskan. Pada pameran bertema "Melihat Bersama" itu, Bachtiar menampilkan sekitar 21 foto, sedangkan Fuad sekitar 70 foto yang ditampilkan menggunakan "slide".(*)

Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2009