Surabaya (ANTARA News) - Putri Abdurrahman Wahid (Gus Dur), Zannuba Arifah Chafsoh atau Yenny Wahid, mengatakan koalisi dua kekuatan politik antara Gus Dur dan Ketua Dewan Pembina Partai Gerindra, Prabowo Subianto, membuat banyak orang panik. "Sekarang ini ada yang panik setelah saya `runtang-runtung` (jalan bersama-sama) dengan Pak Prabowo, ada yang tidak bisa tidur," ujar Yenny Wahid di Gedung Juang 45, Surabaya, Jumat malam. Yenny hadir di Surabaya bersama Prabowo dalam acara rapat konsolidasi implementasi kerja sama pemenangan Pemilu 2009 koalisi antara PKB Gus Dur dan Partai Gerindra. Acara tersebut turut dihadiri Ketua Dewan Syuro PKB Pro Gus Dur, Fuad Amin Imron, Ketua Dewan Tanfidz, Hasan Aminuddin, jajaran pengurus Partai Gerindra Jatim dan calon anggota legislatif (Caleg) DPR RI Partai Gerindra Jatim. Yenny mengatakan dengan kebersamaan Gus Dur dan Prabowo ada pihak yang ingin bertemu ayahnya. "Ini pesan untuk juru bicara Presiden, Andi Malaranggeng, silahkan kalau ingin bertemu Gus Dur tetapi syaratnya mereka harus mau mengakui PKB Gus Dur terlebih dahulu," kata Yenny Wahid. Pada kesempatan tersebut Yenny menceritakan alasan koalisi Gus Dur dan Prabowo. "Selain karena perlunya perubahan, ada alasan historis kedekatan mereka berdua. Rumah kakek Pak Prabowo berdekatan dengan rumah kakek Gus Dur di Jalan Taman Amir Hamzah Matraman, Jakarta," katanya. Alasan lainnya, ujar Yenny, Gus Dur dan Prabowo sama-sama memiliki keberanian yang luar biasa. Pada kesempatan tersebut, Prabowo mengatakan PKB dan NU adalah stabilisator bangsa, sedangkan Gerindra adalah partai nasionalis yang berjiwa religius. "Dalam Gerindra banyak tokoh-tokoh NU, karena NU ada dimana-mana, NU ndak bisa kalah karena ada dimana-mana. Saya terima kasih karena diterima sebagai kawan perjuangan," katanya. Pada kesempatan tersebut Prabowo juga menyoroti hutang pemerintah yang kian menumpuk dari tahun ke tahun sementara itu usia RI sudah memasuki usia 64 tahun kemerdekaan namun masih banyak kemiskinan, sedangkan sumber daya alam melimpah. "Mereka yang mengatakan kondisi perekonomian sudah membaik tidak berpijak pada bumi Indonesia," katanya.(*)

Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2009