Sumenep (ANTARA News) - Ada pemandangan yang berbeda, ketika pelaksanaan apel gelar pasukan operasi kepolisian terpusat "Mantap Brata 2009", dalam rangka pengamanan Pemilu 2009 di halaman Markas Kepolisian Resor (Mapolres) Sumenep, Madura, Jawa Timur, Rabu. Petugas pembawa acara apel tersebut, salah seorang polisi wanita (polwan) Polres Sumenep, Briptu Astriana Yuniar, mengenakan jilbab. Begitu juga polwan yang menjadi petugas pembawa nampan berisi pita berwarna merah putih yang akan disematkan pada polisi sebagai tanda dimulainya operasi Mantap Brata, Bripda Mayang Kumalasari. Kedua polwan tersebut sama-sama mengenakan jilbab, tanpa rasa canggung, ketika bertugas di apel gelar pasukan pengamanan Pemilu 2009, yang dipimpin oleh Wakil Kepala Kepolisian Wilayah (Wakapolwil) Madura, AKBP Bambang Sunarwibowo. "Sejak Selasa (10/3), tujuh polwan di Polres Sumenep, memang sudah mengenakan jilbab. Alhamdulillah, anggota saya mengenakan jilbab, secara sukarela," kata Kapolres Sumenep, AKBP Umar Effendi. Ia menjelaskan, pihaknya memang telah melakukan sosialisasi pada anggotanya, terkait imbauan Kepala Kepolisian Daerah (Kapolda) Jatim, Brigjen (Pol) Anton Bachrul Alam, yang memperkenankan polwan mengenakan jilbab. "secara pribadi maupun kelembagaan, saya bersyukur anggota (polwan) ternyata langsung merespon imbauan tersebut. Itu (mengenakan jilbab) sangat bagus, dan saya dukung sepenuhnya," katanya menambahkan. Umar juga menjelaskan, secara kelembagaan, pimpinannya belum memberikan petunjuk teknis tentang kemungkinan adanya seragam baru bagi polwan yang berjilbab. "Untuk sementara ini, pengenaan jilbab langsung menyesuaikan dengan seragam yang dipakai polwan. Saya berharap imbauan pengenaan jilbab ini, dapat meningkatkan keimanan dan ketakwaan anggota saya yang polwan," katanya. Sejumlah polwan Polres Sumenep yang dihubungi ANTARA, Ipda widiarti, Bripda Purwati Ningsih, dan Bripda Mayang Kumalasari, menjelaskan, secara prinsip, pengenaan jilbab tidak mengganggu tugas. "Tidak ada masalah. Kami tidak merasa terganggu, justru ini menjadi penyemangat bagi kami, untuk lebih baik. Jilbab bisa menjadi filter bagi kami, dalam bertindak. Ketika hanya mengenakan rok, saya sering merasa risih. Kalau sekarang, pakaian saya lebih tertutup (mengenakan celana panjang, baju lengan panjang, dan jilbab), dan itu justru lebih enak," kata Ipda Widiarti. Namun, katanya, saat ini, dirinya yang baru mengenakan jilbab selama dua hari ini, merasa agak gerah, karena mungkin belum terbiasa mengenakan jilbab. "Tapi, seiring perjalanan waktu, kami yakin akan terbiasa mengenakan jilbab, dan tidak akan merasa gerah lagi. Saya justru berharap kebijakan ini tidak berubah, dan kami tetap diperkenankan seterusnya mengenakan jilbab, selama menunaikan tugas sebagai polwan," katanya menegaskan. Widiarti menjelaskan, keluarga besarnya memang menyarankan dirinya mengenakan jilbab, yang merupakan salah satu kewajiban sebagai muslim. "Sebelumnya, hanya polwan di lingkup Polda Nanggroe Aceh Darussalam (NAD) saja yang diperkenankan dan malah diwajibkan mengenakan jilbab. Jadi, saya gembira jika di lingkup Polda Jatim, polwan juga diperkenankan mengenakan jilbab," katanya menambahkan. Indetitas Polwan Muslim Ketua Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (PC NU) Sumenep, KH Abdullah Cholil menjelaskan, kebijakan berupa imbauan yang dikeluarkan Kapolda Jatim tentang diperkenankannya polwan berjilbab, adalah sebuah kebijakan yang sangat bagus dan perlu didukung oleh semua elemen masyarakat. "Imbauan tersebut kan hanya bagi polwan yang muslim. Jadi, tidak akan ada yang tersinggung. Itu sudah cocok dan selaras dengan kewajiban seorang muslim, untuk menutup auratnya. Saya malah berharap imbauan kebebasan pengenaan jilbab bagi polwan muslim, menjadi kebijakan Polri secara nasional," katanya. Ia juga menjelaskan, pihaknya yakin elemen masyarakat nonmuslim, juga akan mendukung imbauan pengenaan jilbab bagi polwan yang muslim, sebagai bentuk toleransi antarumat beragama. "Masak salah, jika polwan yang muslim ingin menunjukkan kemuslimannya dengan mengenakan jilbab. Saya juga yakin pengenaan jilbab, justru akan menjadi katalisator bagi polwan itu sendiri, untuk lebih baik," katanya menambahkan. Kiai Cholil berharap imbauan tersebut membawa perubahan yang lebih baik bagi institusi Polri, utamanya bagi polwan yang muslim dan sudah mengenakan jilbab. "Keinginan polwan untuk berubah ke arah yang lebih baik, jangan terhenti, hanya dengan mengenakan jilbab. Tapi, saya yakin dengan mengenakan jilbab, para polwan akan bisa lebih menjaga dirinya sendiri," katanya. Ia juga berharap kebijakan pengenaan jilbab di lingkup Polri, terus dipertahankan, dan tidak berubah lagi, karena menutup aurat adalah tuntutan agama. "Imbauan kebebasan pengenaan jilbab bagi polwan muslim di lingkup Polda Jatim memang harus dikawal, agar jangan sampai berubah pimpinan, nantinya malah ada perubahan kebijakan lagi. Siapa pun yang menjadi pimpinan Polda Jatim, imbauan ini harus dipertahankan," katanya.(*)

Oleh Oleh Slamet Hidayat
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2009