Solo (ANTARA News) - Biofuel memiliki potensi besar untuk dikembangkan sebagai bahan bakar alternatif masa depan, tetapi dalam mengembangkan perlu konsistensi pemerintah. Hal itu merupakan syarat utama untuk mengembangkan bahan bakar tersebut, kata Hilmi Panigoro Presiden Direktur Medco Group yang juga sebagai Ketua Umum Masyarakat Energi Terbarukan Indonesia (METI) pada "Seminar Nasional Energi Baru Terbarukan" di Universitas Sebelas Maret Surakarta (UNS), Jateng, Selasa. Indonesia sebenarnya bisa menjadi pemain utama dalam pengembangan biofuel dikawasan Asia Pasifik dan bahkan dunia. "Dengan bahan baku yang sangat melimpah, Indonesia sebenarnya bisa menjadi pemain utama dalam pengembangan biofuel dikawasan Asi Pasifik bahkan di dunia," katanya. Untuk mengembangkan biofuel, Indonesia perlu berguru kepada Brazil. Sebab di negara ini memiliki keunggulan dalam pengembangan bioful antara lain adanya bunga rendah untuk pendanaan dari bank pembangunan lokal untuk perkebunan, adanya pusat riset untuk perkebunan tebu. "Dari studi kasus biofuel di Brazil, Negara ini akan jauh dari konflik energi dan pangan termasuk perusakan hutan Amazon," jelasnya. Sementara untuk peluang dan tantangan biofuel, Hilmi mengatakan permintaan biofuel akan terus meningkat mengingat terus berkurangnya cadangan minyak bumi di dunia. Sementara untuk tantangan, antara lain soal penyediaan bahan baku, serta hasil produksi perolehan alkohol serta hal penting dalam menarik minat investor. Pada kesempatan itu, Hilmi juga menyebutkan beberapa tantangan pokok yang akan menentukan masa depan biofuel yakni peraturan pemerintah dimana pemerintah pusat dan daerah harus konsisten dalam melaksanakan kebijakan mandatory dan menyediakan insentif serta kebijakan pajak impor bagi negara-negara yang berorientasi ekspor. "Selain itu industri otomotif berpengaruh kuat dalam pasar bahan bakar domestik," katanya lagi. Sedangkan tantangan penting dalam menarik investor antara lain kemudahan dalam penggunaan lahan, infrastruktur, pemudahan prosedural dan perijinan, penerimaan masyarakat, bantuan superviser pertanian serta kondisi yang aman dan kondusif untuk operasional. Untuk produksi biodiesel pada tahun 2008 mencapai 1.238.300 kiloliter sementara untuk bioethanol mencapai 144.500 kiloliter. Sedangkan untuk target bauran energi hingga tahun 2025 untuk biodiesel mencapai 9,25 juta kiloliter dan untuk bioethanol mencapao 4,3 juta kiloliter. Sementara itu menurut Staf Ahli Bidang Teknologi dan Pengembangan Berkelanjutan Kementrian Negara Lingkungan Hidup, Dana Kartakusuma pada kesempatan yang sama mengatakan Indonesia berpotensi untuk mengembangkan energi terbarukan biofuel tetapi potensi yang ada sampai saat ini belum dimanfaatkan secara maksimal. "Tahun 2025 kita harus bisa mengembangkan mix energi dimana 17 persen energi yang digunakan merupakan anergi alternative." jelasnya.(*)

Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2009