Jakarta (ANTARA) - Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan menilai anjloknya harga minyak dunia harus dicermati baik-baik dan tidak perlu direspon dengan kebijakan yang terburu-buru.

"Tadi saya juga bilang di Istana, harga (minyak) ini kita mesti cermati baik-baik, ndak boleh juga buru-buru karena yang kena bukan Indonesia saja tapi dunia kena sekarang," katanya ditemui di Kantor Kemenko Kemaritiman dan Investasi Jakarta, Senin.

Saat ditanya apakah pemerintah perlu memberi kebijakan untuk menurunkan harga bahan bakar minyak menyusul anjloknya harga minyak dunia, Luhut mengaku hal tersebut tidak bisa diputuskan begitu saja.

"Ya nanti, pelanlah. Baru satu hari kan. Ini kan hanya perkelahian antara Rusia dan Saudi. Jadi ndak boleh buru-buru. Lihat yang begini ini mesti cermat," ujarnya.

Luhut menambahkan, situasi dunia saat ini memang masih terdampak mewabahnya virus corona (COVID-19). Dampak virus tersebut begitu masif terhadap banyak negara.

Kendati demikian, ia menyebut penyebaran virus tersebut di China sudah mulai mereda sehingga diharapkan keadaan bisa segera pulih.

Luhut pun meminta publik untuk mendengar pengumuman soal corona dari sumber resmi dan bukan kabar hoax karena dampaknya yang besar.

Sebelumnya, harga minyak dunia turun signifikan lebih dari 20 persen dimana minyak mentah berjangka AS West Texas Intermediate (WTI) dan Brent Oil masing-masing turun ke level 32,4 dolar AS per barel atau turun 21,5 persen dan 35,31 dolar AS per barel terkoreksi 22 persen.

Anjloknya harga minyak dunia itu terjadi setelah Rusia menolak turut serta dalam pemotongan produksi yang diikuti dengan penurunan harga jual oleh Saudi Arabia.

Rusia menolak keras usulan pengurangan produksi curam OPEC untuk menstabilkan harga karena wabah Virus Corona memperlambat ekonomi global dan mengganggu permintaan energi.


Baca juga: Sri Mulyani pantau dampak penurunan harga minyak dunia terhadap APBN
Baca juga: Gubernur BI tanggapi harga minyak dunia anjlok

Baca juga: Harga minyak anjlok, setelah Rusia tolak pangkas produksi tajam OPEC
 

Pewarta: Ade irma Junida
Editor: Subagyo
Copyright © ANTARA 2020