Jakarta (ANTARA) - PT Isuzu Astra Motor Indonesia (IAMI) menyatakan kesiapan mereka untuk menjalankan regulasi emisi Euro 4 yang tertuang dalam Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan No. P.20/MENLHK/SETJEN/KUM.1/3/2017 tentang Baku Mutu Emisi Gas Buang Kendaraan Bermotor Tipe Baru Kategori M, N, dan O.

Berdasarkan data, saat ini Indonesia menjadi negara yang ke-24 dengan kadar polusi yang tidak sehat. Atas dasar itu, PT IAMI menyatakan kesiapannya untuk menyongsong era Euro 4 berbekal riset dan pengembangan yang diaplikasikan pada mesin diesel.

PT IAMI juga meninggkatkan cakupan teknologinya demi mendukung regulasi yang mulai berlaku pada April 2021. Teknologi itu dipastikan bakal dikenalkan dan dipakai pada kendaraan Isuzu di Indonesia

"Saat ini kita sudah mulai melakukan riset dan uji emisi beberapa engine yang nanti akan dipakai saat regulasi Euro 4. Nanti kami pasti akan siap dengan Euro 4 maupun bahan bakar B30," ungkap Head Department Prototype and Test Deptartment, Harmoko Setyawan pada saat Diskusi Pintar Bersama Isuzu, FORWOT dan Kementerian Perindustrian di Pameran GIICOMVEC 2020, Jakarta Convention Center, Senayan, Jakarta, Sabtu.
 
Kendaraan Isuzu yang bertuliskan "Euro 4 ready bersama Isuzu" dalam pameran GIICOMVEC 2020 (ANTARA/Chairul Rohman)


Pada saat ini, Indonesia masih menjalankan standar emisi Euro 2, tertinggal dari India, Thailand dan China yang sudah memakai Euro 4 sejak beberapa tahun lalu.

Melihat perkembangan standar emisi secara global, maka Isuzu Indonesia mengambil langkah lebih cepat untuk melakukan riset sebelum regulasi itu ditetapkan di Nusantara.

"Kami akan turut mendukung dan mematuhi peraturan yang dikeluarkan oleh Pemerintah, baik ambang batas gas buang, maupun bahan bakar nabati. Jadi, dengan kata lain kami pasti selalu ikut dengan regulasi itu," kata dia.

Beberapa hal yang disiapkan Isuzu Indonesia adalah penyesuaian teknologi mesin untuk ambang batas emisi, memasang alat untuk mencegah kenaikan temperatur akibat proses pembakaran yakni Exhaust Gas Recirculation (EGR) Cooler.

"Dengan menambahkan system pendinginan EGR Cooler, akan didapatkan lebih banyak penurunan kadar emisi," jelas dia.

Baca juga: PT IAMI siap dengan penerapan regulasi Euro 4

Baca juga: Giicomvec hadirkan lima mobil baru dari Suzuki, DFSK hinga Fuso


Nantinya, alat itu akan bekerja untuk mendinginkan gas buang yang dialirkan ke ruang bakar, mencampur udara masuk dengan gas buang, menurunkan temperatur pembakaran yang akan menghasilkan Reduksi NOx (pengurangan jumlah gas buang yang dihasilkan).

Isuzu juga telah memakai mesin dengan teknologi Teknologi Common Rail pada Isuzu Giga, untuk menyongsong era Euro 4 dan B30. Bahkan Isuzu menilai standar emisi Euro 4 sebaiknya segera diterapkan karena negara-negara lain sudah memulainya.

Isuzu menyatakan, peran pemerintah sangat dibutuhkan untuk memberikan sosialisasi dalam menghadapi era Euro 4.

Direktur Industri Maritim, Alat Transportasi, dan Alat Pertahanan Kementerian Perindustrian (Kemenperin) Putu Juli Ardika, menyatakan pengaplikasian Euro 4 ini akan memberi keuntungan yang besar bagi berbagai pihak. Dengan pengaplikasian itu udara akan menjadi lebih baik karena gas buang dari kendaraan menjadi lebih ramah lingkungan.

Penyeragaman emisi gas buang Euro 4 juga membuahkan efisiensi kendaraan, yang memberi manfaat berupa keuntungan bagi pemilik usaha setta menjaga ketahanan bahan bakar.

"Perubahan standar bahan bakar ini akan diikuti oleh produsen otomotif. Tujuan di negara-negara ekspor sudah memasuki Euro 4, Euro 5, dan Euro 6. ini peluang bagus bagi industri untuk meningkatkan daya saing. Kalau ada dua lini produksi kendaraan, Euro 4 dan Euro 2, justru membuat tidak kompetitif," kata Putu Juli Ardika di lokasi yang sama.
Ilustrasi kendaraan B30 (Antara News/Ho)


Penggunaan B30

Pemerintah juga menggalakkan penggunaan bahan bakar Biodiesel 30 (B30) yang sejalan dengan penerapan Euro 4 di Indonesia.

Pemberlakuan B30 akan memudahkan Indonesia mencapai Euro 4 karena kandungan Fatty Acid Methyl Ester (FAME) yang lebih besar di biodiesel.

Pengujian sudah dilakukan dengan melibatkan berbagai merek kendaraan komersial yang beroperasi di Indonesia.

Pada Agustus lalu, ANTARA juga berkempatan untuk melihat langsung pengujian yang dilakukan oleh Badan Penelitian dan Pengembangan Energi dan Sumber Daya Mineral (Balitbang ESDM) di Dieng, Jawa Tegah terkait uji coba ketahanan pada suhu ekstrim.
 
Tampak samping dari New Isuzu GIGA Tracktor Head yang dipamerkan di Senayan, Jakarta Selatan, Kamis (24/1) (ANTARA News/Chairul Rohman)


Dalam pengujian tersebut terbukti bahwa B30, campuran 30 persen minyak nabati dan 70 persen minyak solar, memiliki beberapa keunggulan pada performa mesin berkat tingginya angka cetane (CN) jika dibandingkan dengan B20.

"B30 ini memiliki pembakaran yang lebih baik dan emisi jadi lebih rendah," kata perekayasa Balai Teknologi Bahan Bakar dan Rekayasa Desain (BTBRD), unit kerja BPPT, Maharani Dewi Solikah  di Dieng, Jawa Tengah, kala itu.

Putu Juli Ardika menambahkan bahwa penerapan B100 yang sudah banyak diterapkan di luar negeri itu memiliki kualitas yang sama dengan Euro 6.
 
Sehingga pemerintah patut yakin untuk memanfaatkan minyak nabati sebagai campuran solar yang bisa dimanfaatkan masyarakat, baik dari segmen industri hingga perorangan.

Baca juga: Kebijakan Euro4 dorong Isuzu hentikan total produksi Panther

Baca juga: Astra Auto Fest 2020 bakal digelar di empat kota

Baca juga: Kenapa Panther tak dikembangkan? Ini alasan Isuzu
Pewarta:
Editor: Alviansyah Pasaribu
Copyright © ANTARA 2020