Bandung (ANTARA News) - Wakil Presiden Muhammad Jusuf Kalla menyatakan bangga terhadap ITB yang menempatkan banyak alumni di berbagai posisi elit pemerintahan, tapi sekaligus mempertanyakan hasil dari peran itu.

"Dari 32 menteri Kabinet Indonesia Bersatu ada tujuh menteri dari ITB atau lebih dari 20 persen. Jadi kalau negeri ini gagal kita minta pertanggungjawabannya," kata Jusuf Kalla pada Dies Natalis ITB ke-50 di Bandung, Senin.

Yang tidak pernah lepas dari ITB, lanjut JK, adalah posisi Menteri Perhubungan yang hingga saat ini telah ada tujuh Menhub dari ITB.

"Jadi kalau banyak pesawat rusak, jalan macet, kurikulum harus dievaluasi," kata Wapres yang baru saja menerima penghargaan Ganesa Prajamanggala Bakti Kencana dari ITB itu disambut tawa ratusan hadirin.

Wapres sambil berkelakar juga menyebut banyaknya alumni ITB berperan di berbagai BUMN seperti Pertamina, namun produksi minyak terus turun serta di PLN namun listrik sering padam.

Ia juga menyatakan miris ketika berkunjung ke AS dan ditemui 30 keluarga perminyakan Indonesia yang dua di antaranya alumni ITB bekerja di perusahaan minyak di Alaska, AS.

"Di Alaska saja yang sangat dingin orang Indonesia ada yang bekerja di sana, tapi di Indonesia kita justru mengundang orang asing untuk mengelola minyak," katanya.

Menurut dia, ada kekeliruan di Indonesia ketika teknologi tidak dimanfaatkan dengan baik, dan lembaga penelitian jadi museum yang hanya melihat masa lalu.

Ia menegaskan Indonesia harus swasembada teknologi pada tahun depan sehingga tidak terlalu bergantung pada asing.

"Waktu tinggal setahun. Sudah 50 tahun merdeka, membuat airport saja tidak bisa. Kemana Insinyur kita?" kata Jusuf Kalla pada orasinya itu.

Alumni FE Unhas itu mengajak masyarakat Indonesia memanfaatkan otak, otot, dan kantongnya untuk membangun negeri sehingga Indonesia tidak lagi disentuh oleh orang asing.

Ia juga menyayangkan kampus yang ramai dengan demo dan protes sementara peningkatan kemampuan daya saing terbengkalai.

"Apa lagi di kampus saya. Saya bicara perdamaian, di depan kampus ada protes yang tidak jelas. Kapan universitas bisa meningkatkan kemampuan daya saing. Kita harus buat universitas yang baik yang memiliki target," katanya.

Riset ujarnya, harus bersinergi dengan industri karena jika tidak maka industri di negeri ini akan diambil alih oleh orang asing. (*)

Editor: Bambang
Copyright © ANTARA 2009